Tidak sedikit orang berandai, bisa maksimal
mengerjakan apa yang menjadi cita-citanya, asal telah merampungkan tugas atau
pekerjaan yang sekarang sedang merepotkannya. Sebagi contoh, seorang guru yang
selalu disibukkan dengan tugas pembelajaran dan pendidikan siswa-siswinya
berkata: “Sekarang masih repot dengan urusan kependidikan. Nanti kalau sudah
tiba waktu liburan panjang, saya akan berlatih maksimal menjadi seperti si “A”;
atau bekerja “anu”.
Al-Qur’an sendiri yang menyatakan: jika engkau
(Muhammad) telah selesai dari satu pekerjaan, maka hendaklah mengerjakan
pekerjaan lainnya (QS. 94:7). Para mufassir (ahli
tafsir) berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat di atas. Ada yang menafsirkan:
apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah maka beribadahlah kepada Allah;
ada juga penjelasan lain, apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia maka
kerjakanlah urusan akhirat; penafsiran lainnya, apabila telah selesai
mengerjakan sholat, maka berdo’alah.
Terlepas dari konteks tafsiran
di atas, secara umum saya memahami satu dari sekian kandungan tersirat dalam
ayat ini adalah, bahwa kita diperintahkan untuk memprogram setiap pekerjaan
secara sistimatis. Tidak asal menjalankannya saja. Karena, betapa pun baiknya
sebuah pekerjaan, akan nampak jelek jika tidak diiringi perencanaan yang mapan.
Sebaliknya, pekerjaan yang jelek, atau bahkan jahat, akan nampak rapi dan bagus
jika disertai dengan perencanaan dan strategi jitu.
Di era globalisasi ini,
kompetisi merupakan hal tak terelak dalam setiap aktifitas usaha dan pekerjaan
sehari-hari. Ujungnya, hasil yang menggembirakan dari setiap persaingan,
tentunya kemenangan. Siapa dan apapun
usahanya, jika telah terencana dengan mapan, kemengannya akan lebih nampak jika
dibanding usaha yang dilakoni tanpa perencanaan. Sebuah pepatah Arab
mengatakan: al-haqqu bila nidàmin qad yaglibuhu al-bàtilu bi nidàmin,
kebaikan yang tak terorganisir, ada kemungkinan akan dikalahkan dengan
kebatilan yang terorganisir.
Tidak hanya itu, ditengah
semakin canggihnya informasi dan tekhnologi seperti saat ini, perencanaan dan
strategi usaha atau pekerjaan mutlak dibutuhkan. Selain sebagai instrument
menegerial kemudahan aktifitas, perencanaan dan strategi pekerjaan yang semakin
baik akan serta merta mengangkat citra usaha tersebut. Dalam dunia usaha
dikenal istilah, pelanggan adalah raja. Maka, kompetisi untuk merajakan
pelanggan menjadi sebuah kemutlakan yang perlu terus dikembangkan. Karena jika
tidak, resiko ditinggal konsumen menjadi konsekuensi logis. Wallahu a’lam bi
alshawab.