15.8.12

PERINTAH MENGATUR PEKERJAAN



Tidak sedikit orang berandai, bisa maksimal mengerjakan apa yang menjadi cita-citanya, asal telah merampungkan tugas atau pekerjaan yang sekarang sedang merepotkannya. Sebagi contoh, seorang guru yang selalu disibukkan dengan tugas pembelajaran dan pendidikan siswa-siswinya berkata: “Sekarang masih repot dengan urusan kependidikan. Nanti kalau sudah tiba waktu liburan panjang, saya akan berlatih maksimal menjadi seperti si “A”; atau bekerja “anu”.
Al-Qur’an sendiri yang menyatakan: jika engkau (Muhammad) telah selesai dari satu pekerjaan, maka hendaklah mengerjakan pekerjaan lainnya (QS. 94:7). Para mufassir (ahli tafsir) berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat di atas. Ada yang menafsirkan: apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah maka beribadahlah kepada Allah; ada juga penjelasan lain, apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia maka kerjakanlah urusan akhirat; penafsiran lainnya, apabila telah selesai mengerjakan sholat, maka berdo’alah.
Terlepas dari konteks tafsiran di atas, secara umum saya memahami satu dari sekian kandungan tersirat dalam ayat ini adalah, bahwa kita diperintahkan untuk memprogram setiap pekerjaan secara sistimatis. Tidak asal menjalankannya saja. Karena, betapa pun baiknya sebuah pekerjaan, akan nampak jelek jika tidak diiringi perencanaan yang mapan. Sebaliknya, pekerjaan yang jelek, atau bahkan jahat, akan nampak rapi dan bagus jika disertai dengan perencanaan dan strategi jitu. 
Di era globalisasi ini, kompetisi merupakan hal tak terelak dalam setiap aktifitas usaha dan pekerjaan sehari-hari. Ujungnya, hasil yang menggembirakan dari setiap persaingan, tentunya kemenangan.  Siapa dan apapun usahanya, jika telah terencana dengan mapan, kemengannya akan lebih nampak jika dibanding usaha yang dilakoni tanpa perencanaan. Sebuah pepatah Arab mengatakan: al-haqqu bila nidàmin qad yaglibuhu al-bàtilu bi nidàmin, kebaikan yang tak terorganisir, ada kemungkinan akan dikalahkan dengan kebatilan yang terorganisir.
Tidak hanya itu, ditengah semakin canggihnya informasi dan tekhnologi seperti saat ini, perencanaan dan strategi usaha atau pekerjaan mutlak dibutuhkan. Selain sebagai instrument menegerial kemudahan aktifitas, perencanaan dan strategi pekerjaan yang semakin baik akan serta merta mengangkat citra usaha tersebut. Dalam dunia usaha dikenal istilah, pelanggan adalah raja. Maka, kompetisi untuk merajakan pelanggan menjadi sebuah kemutlakan yang perlu terus dikembangkan. Karena jika tidak, resiko ditinggal konsumen menjadi konsekuensi logis. Wallahu a’lam bi alshawab.

Tidak ada komentar: