السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله
أكبر X٩ كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة
وأصيلا لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد. الحَمْدُ
للهِ الذى تَنَزَّهَ عَنِ الشَّبِيهِ والنَّظِيرِ وَتَعَالى عَنِ المَثِيلِ
فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: {لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَئٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ}
أَحْمَدُهُ عَلَى أَنْ أَلْهَمَنَا العَمَلَ بِالسُّنَّةِ والكِتَابِ وَرَفَعَ في
أيَّامِنَا أَسْبابَ الشَّكِ والارْتِيَابِ، وَأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلاّ اللهُ
وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ يَرْجُو بِإخْلاصِهِ حُسْنَ العُقْبَى
وَالمَصِيرِ، وَيُنَزِّهُ خَالِقَهُ عَنِ التَّحَيُّزِ في جِهَةٍ، وَأَشْهَدُ
أنَّ سَيِدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الذي نَهَجَ سَبِيلَ النَّجاةِ
لِمَنْ سَلَكَ سَبِيلَ مَرْضَاتِهِ، وَأَمَرَ بِالتَّفَكُرِ في آلاءِ اللهِ
وَنَهَى عَنِ التَّفَكُّرِ في ذَاتِهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى ءالِهِ
وَأَصْحَابِهِ الذينَ عَلا بِهِمْ مَنَارُ الإيمانِ وارتَفَعْ، وَشَيَّدَ اللهُ
بِهِمْ مِنْ قَواعِدِ الدّينِ الحَنِيفِ مَا شَرَعْ، وَأَخْمَدَ بِهِمْ كَلِمَةَ
مَنْ حَادَ عَنِ الحقِ وَمَالَ إلى البِدَعْ.
أمَّا
بَعْدُ أَحبَابَ الرّسُولِ الأعْظَمِ، فإنَّ خَيْرَ ما أوصيكُمْ بِهِ في هذِهِ
الصّبيحَةِ المُبَارَكَةِ تَقْوَى اللهِ والمُسارَعَةُ إلى الطّاعاتِ.
الله أكبر، الله
أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
Jama’ah shalat ‘Idul adha rahimakumullah…
Nasehat Taqwa……..
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah….
Ada dua istilah yang biasa digunakan untuk menyebut hari
in, tanggal 10 D. Hijjah, yakni: Lebaran Haji dan Hari Raya Qurban. Disebut Lebaran
Haji, karena pada hari ini umat Islam seluruh penjuru bumi telah selesai menjalankan
inti dari manasik haji, yaitu wuquf di Arafah, yang dilaksanakan pada tanggal 9
D. Hijjah, maka hari pada tgl 10 D. Hijjah disebut Hari Raya Haji, maksudnya,
umat Islam yang berangkat ke Tanah Suci dengan tujuan menjalankan rukun Islam
yg kelima, tidak lagi disebut Calon Jama'ah Haji, tapi sudah menjadi Jama'ah
Haji, tanpa ada embel-embel calon. Sekali lagi karena inti haji sudah
dilaksanakan. Rasul bersabda: Al-hajju Arafah (Ibadah haji itu intinya
adalah wuquf di Arafah). Itulah alasan kenapa hari pada tgl 10 D. Hijjah
disebut Lebaran Haji.
Selain dikenal dengan Lebaran haji, hari ini juga disebut
Hari Raya Qurban, bahasa Arabnya: Idul Adha. Hal ini karena memang pada hari
raya ini identik dengan kegiatan berkurban. Yakni penyembelehan hewan-hewan
kurban sejak dari selesainya pelaksanaan shalat Id seperti yang saat ini kita
kerjakan, sampai pada tiga hari kedepan, yakni tgl 11, 12, dan 13 d. Hijjah.
Hari-hari ini disebut hari tasyriq.
Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah…
Kaitannya dengan kurban, dalam sebuah hadis dari Abu
Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
"مَنْ كَانَ
لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّناَ" أخرجه ابن ماجه
Artinya: "Barang saiapa mempunyai kelapangan
rizqi lalu tidak berkurban, jangan mendekati tempat shalat kami".
Hadis ini mengisyaratkan bahwa berkurban sangat
dianjurkan bagi kaum muslim yang memiliki kelapangan rizqi, sampai-sampai orang
yang tidak mau berkurban diminta sebaiknya menjauhkan dari tempat shalat umat
Islam. Para ulama pun sepakat, hukum berkurban bagi yang mampu adalah sunnah
muakkadah.
Selain itu, QS al-Kautsar ayat 1-3 juga merupakan salah
satu dasar hukum anjuran untuk berkurban. Firman Allah:
إنا
أعطيناك الكوثر # فصل لربك وانحر # إن شانئك هو الأبتر
Artinya:"Sesungguhnya kami telah memberikan
kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.
Sesungguhnya orang-orang yang membnci kamu dialah yang terputus"
Lantas, apa sebenarnya hakekat dan makna berkurban itu?
Hadirin Jama'ah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah…
Pada hakekatnya, kurban sudah dikenal sejak masa paling
awal umat manusia. Ketika itu, dua putra Adam diperintahkan berkurban untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Anak yang satu berkurban hewan yang baik dan
bagus, sedangkan yang lainnya berkurban hasil ladang yang tidak bagus. Maka
Allah menerima kurban dari yang pertama, dan menolak kurban dari yang kedua.
Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur'an surah al-Maidah: 27, Allah berfirman:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَىْ
ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ
يُتَقَبَّلْ مِنَ اْلأَخَرِ قَالَ لأَقْتُلَنَّكَ* قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ
مِنَ الْمُتَّقِينَ
Artinya: "Ceritakanlah
(hai Muhammad) kepada mereka kisah dua putra Adam (Habil dan Qabil) dengan
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan Korban, maka diterima (kurban)
salah satu dari keduanya (yakni Habil), dan ditolak dari lainnya (yakni Qabil).
Ia (Qabil) berkata: 'Aku pasti akan membunuhmu!' (Habil) berkata: Allah hanya
menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa". (Al-Ma'idah: 27)
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah hanya menerima
kurban dari orang-orang muttaqin, yakni orang-orang yang bertaqwa dengan
ketaqwaan yang benar.
Hadirin wal hadirat sekalian….
Tradisi atau kebiasaan mempersembahkan kurban ini terus
dilestarikan. Bukan hanya oleh manusia, tapi bahkan oleh Allah SWT, yang
meminta kepada hamba-Nya yang benar-benar ingin selalu dekat kepada-Nya agar
mempersembahkan "sesuatu" kepada Allah. Peristiwa yang paling monumental
mengenai perintah untuk berkurban ini terjadi ketika Nabi Ibrahim as mendapat
wahyu dalam mimpinya untuk menyembeleh anaknya sendiri sebagai wujud kurban
kepada Allah SWT.
Kepatuhan Ibrahim memenuhi perintah Allah, dan kesabaran anaknya,
Ismail as, untuk menjadi kurban sembelihan, dibalas oleh Allah dengan
menggantikan Ismail dengan seekor kambing biri-biri menjadi semacam ikon kurban
walau sebenarnya ada hewan-hewan lain seperti sapi dan unta, yang juga boleh
dijadikan kurban. Kisah tentang perintah penyembelehan Ismail ini diabadikan
dalam Al-Qur'an surah Ash-Shaffat 102-107, Allah berfirman:
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى* قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: "Maka
tatkala anak itu sampai (pada usia cakap) berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim
berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelehmu. Maka
fikirkanlah, apa pendapatmu?'. Isma'il menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa
yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar".
Hadirin Jama'ah sekalian yang berbahagia...
Dari dua kisah ini kita
bisa menyimpulkan bahwa hakekat pengorbanan adalah keikhlasan mempersembahkan
kebanggaan dari keinginan atau cita-cita kita dalam hidup. Kita tahu, dua putra
nabi Adam berprofesi beda. Habil sebagai pengembala, sedangkan Qabil adalah
seorang petani. Dari dua profesi itu, Allah memerintahkan untuk mempersembahkan
hasil usaha mereka. Dan karena keimanan dan ketaqwaannya, Habil lantas
mempersembahkan hasil terbaiknya berupa ternak. Sedangkan Qabil, persembahannya
kepada Allah hanya alakadarnya saja. Tidak setulus hati ia memenuhi perintah
Allah.
Serupa dengan kesungguhan
Habil, nabi Ibrahim pun telah membuktikan kecintaannya kepada Allah melebihi
kecintaannya pada segalanya, termasuk kecintaannya kepada anak semata wayangnya
yang dikaruniai Allah pada masa tuanya. Bisa kita bayangkan pengorbanan sosok
ayah yang selama ini mendambakan seorangg anak, lantas siap mempersembahkan si
anak untuk Tuhannya. Masya Allah, la haula wala quwwata illa billahil
'aliyyil 'adzim...
Maka bukan lah satu hal
yang berlebihan jika kisah ini diabadikan dalam Al-Qur'an, sebagai refleksi
serta barometer: adakah kesiapan bagi kita untuk menjadikan cinta kepada Allah
SWT, di atas kecintaan kita kepada segalanya?! Mampukah kita menjalankan peran
dalam sejarah kehidupan kita masing-masing bahwa tujuan akhir setiap usaha kita
bermuara pada pembuktian keimanan serta ketaqwaan kita yang tulus kepada
Allah?!
Pertanyaan-pertanyaan
serupa kiranya perlu selalu kita pertegas dalam setiap langkah kita, kapan,
dimana, dan untuk apapun. Masuk kelompok Habil kah kita?! Atau masih sebatas
Qabil yang kecintaannya kepada Allah sekedar formalitas belaka?! Dengan
penampilan dan suara lantang kita sebut diri sebagai muslim, mukmin dan
muttaqin. Namun godaan-godaan kecintaan dunia seringkali membelenggu diri,
hingga mengaburkan makna ketulusan iman dan taqwa kita.
Ingatlah, tanpa ketulusan
iman, manusia acapkali tergoda hingga membenarkan upaya penyimpangan dari
amanah yang dibebaninya. Penguasa, akan mudah memonopoli kekuasaan; pejabat,
mudah sekali berbuat curang atas kekuasaannya; seorang hakim, sangat mungkin
sekali menggadaikan kehormatan jabatannya untuk kepentingan sesaatnya. Maka, hanya
dengan ketulusan iman, kita bisa menjalankan amanah dengan sebenar-benarnya.
Hadirin kaum muslimin dan muslimat sekalian...
Marilah pada kesempatan
ini kita berdo'a agar umat Islam yang saat ini menjadi tamu Allah ke Baitullah,
diberikan kesehatan dan kekuatan fisik menjalankan manasik haji... dan semoga
mereka mendapatkan haji yang mabrur, haji mereka diterima oleh Allah SWT..
Dan bagi kita yang belum
berkesempatan menjalankan ibadah haji karena satu dan lain hal, ada ungkapan
yang perlu direnungkan: " kalau anda tidak dapat berkunjung ke rumah
kekasih, maka undanglah kekasih ke rumah Anda. Maksudnya, kalau anda belum bisa
berhaji, maka hadirkanlah Allah dalam jiwa. Ketika itu terjadi, maka anda akan
lebih berbahagia ketimbang yang berkunjung ke rumah kekasih tetapi ditolak,
dianggap tidak menemui kekasih. Maka, selalulah berdo'a semoga kita bisa
menghadirkan Allah dalam hati dan jiwa kita, agar setiap pikiran, langkah dan
tingkah laku kita mendapat bimbingan Allah azza wajalla...
Akhirnya, Marilah, di
tempat dan kesempatan yang penuh barokah ini kita bersama-sama bermunajat
kepada Allah, agar tergolong hamba-hamba yang bisa menghambakan diri dengan
setulus hati, menjadikan kecintaan kepada Allah sebagai dasar atas kecintaan
kepada segalanya. Semoga kita mampu menjadi orang tua seperti yang dicontohkan
Ibrahim, dan siap menjadi anak seperti ditauladani Isma'il. Amin wastajib
lana ya mujibassailin...
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم: (إنا أعطيناك الكوثر * فصل لربك
وانحر* إن شانئك هو الأتبر)
تَقَبّلَ
اللهُ منّا صالحَ الطّاعاتِ، وَجَمَعَنَا وإياكُمُ العامَ القَادِمَ على
عَرَفَات، وَرَزَقَنَا زِيارَةَ قَبْرِ حَبيبِهِ مُحمّدٍ صلّى اللهُ عليهِ
وَسلّمَ، وَثَبّتَنَا على كامِلِ الإيمانِ؛
أقولُ
قولي هذا، وأسْتَغْفِرُ اللهَ العظيمَ لي ولَكُمْ، فَياَ فَوْزَ المُسْتَغْفِرِينَ،
استغْفِرُوا اللهَ
الخطبة الثانية لعيد الأضحى
الله
أكبر X٧
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا لاإله إلا الله والله
أكبر ولله الحمد. الحمدُ للهِ الذي تَقَدّسَ عنِ الأنْدادِ وأحْصَى كُلَّ شىءٍ
عَدَداً وَتَنَزّهَ عنِ الأشْبَاهِ ولمْ يَزَلْ فَرْداً صَمَداً، أشهد أن لا إله
إلا الله وأشهد أن محمدأ عبده ورسوله؛ الصّلاةُ والسّلامُ على الرّسُولِ
المُجتَبَى والنّبيِ المُصطفى سيِدِنَا مُحمّدٍ بنِ عَبْدِ اللهِ وعلى آلِهِ
الأبْرارِ وأصْحَابِهِ الأطْهارِ الأنجابِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحْسانٍ إلى يوْمِ
الجزاءِ والحِسابِ.
أما
بعد: واعْلَمُوا عِبَادَ اللهِ بأنّ اللهَ أَمَرَكُم بأمْرٍ عَظيمٍ أَمَرَكُم
بالصّلاةِ والسّلامِ على نبيِهِ الكريمِ فَقَالَ: {إنّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ
يُصلُّونَ عَلَى النّبي يا أيّها الذينَ آمَنُوا صَلّوا عَليهِ وَسَلّمُوا
تَسْليما} اللهُمّ صَلِّ عَلَى مُحمّدٍ وَعَلَى آلِ مُحمّد كَمَا صَلّيْتَ على
إبْراهيمَ وَعَلَى آلِ إبراهيمَ وبارِكْ على مُحمّدٍ وعلى آلِ مُحمّد كَمَا
بَاركْتَ عَلَى إبراهيمَ وَعَلَى آلِ إبراهيمَ انّكَ حميدٌ مجيدٌ، اللهُمّ إنّا دَعَوْناكَ فاستجِبْ
لَنَا دُعاءَنَا فاغْفِرِ اللّهُمّ لَنَا ذُنُوبَنَا وإسْرَافَنَا في أَمْرِنَا،
اللّهُمّ لا تَدَعْ لَنَا ذَنْباً إلا غَفَرْتَهُ ولا دَيْناً إلا قَضَيْتَهُ
وَلا مَريضاً إلا عَافَيتَهُ يا أرحَمَ الرّاحِمِينَ، اللّهُمّ عَلّمْنا ما
جَهِلْنَا وَذَكّرْنَا مَا نَسِينَا وانْفَعْنَا بما عَلّمْتَنَا يا رَبَّ
العَالمينَ، اللّهُمّ اجْعَلِ القُرءانَ رَبيعَ قُلُوبِنَا وَنُوراً لأبْصَارِنَا
وَجَوَارِحِنَا وارْزُقْنا تِلاوَتَهُ آناءَ اللّيْلِ وأطْرافَ النّهارِ.
اللّهُمّ اغفِرْ
للمُؤمِنينَ والمُؤمِناتِ الأحْياءِ مِنهُم والأمْوات إنّكَ سَميعٌ قَريبٌ مُجيبُ
الدّعَوَاتِ، اللّهُمّ اسْتُرْ عَوْراتِنَا وآمِنْ رَوْعَاتِنَا واكْفِنَا ما
أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ ما نَتَخَوَّفُ.
عِبَادَ
اللهِ إنّ اللهَ يأمُرُ بالعدْلِ والإحْسانِ وإيتاءِ ذي القُربْى ويَنْهى عنِ
الفَحْشاءِ والمُنْكَرِ والبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلّكُمْ تَذَكّرُون، أذْكُرُوا
اللهَ العَظيمَ يَذْكُرْكُمْ واشْكُرُوهُ يَزِدْكُمْ واسْتَغْفِرُوهُ يَغْفِرْ
لَكُمْ واتّقُوهُ يجْعَلْ لَكُمْ من أمْرِكُمْ مَخْرَجاً. أَعَادَهُ اللهُ
والسلام
عليكم ورحمة الله وبركاته