18.4.13

Menjadikan Rasul Sebagai Uswah Hasanah Kehidupan





الحمد لله الذي تقدست عن الأشباه ذاته...
أشهد أن لا إله إلا الله ذوالعظمة والجلال والكمال والدوام، وأشهد أن محمدا عبده ورسول الله المخصوص بأكمل قرب و أرفع مقام.
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه إلى يوم الدين.
أما بعد، فيا عباد الله... أوصيكم ونفسي أولا بتقو الله وطاعته، فقد فاز المتقون وخاب الطاغون..
Kaum muslimin sekalian, rahimakumullah.
 Nasehat TAQWA....

Hadirin sidang shalat Jum’at yang berbahagia
Mungkin sudah menjdi ciri khas serta watak alami manusia untuk meniru atau mengikuti segala hal yang dianggap baik dan bisa mendatangkan manfaat, setidaknya bagi diri sendiri. Realita ini berlaku dalam semua aspek kehidupan.
Dalam hal pendidikan, umpamanya, ketika melihat seseorang berprestasi di bidang akademis, kita cenderung ingin tahu apa, bagaimana dan dimana orang tersebut mengenyam pendidikan. Jika tidak bisa melakoninya untuk diri sendiri, setidaknya bisa menjadi inspirasi dan motivasi untuk pendidikan anak-anak kita. Hal yang sama juga berlaku dalam kehidupan bersosial. Saat melihat kedudukan seseorang tinggi dan terhormat di mata masyarakat, tidak perlu dipungkiri, kita pun sebenarnya ingin seperti itu.
Dalam hal ekonomi, apalagi. Disadari atau tidak, masyrakat kita saat ini cenderung menerapkan faham pragmatisme dalam melakoni bidang ekonomi dan usaha kerja. Usaha atau pekerjaan yang dianggap menguntungkan, berbondong-bondong diikuti khalayak ramai. Urusan kecakapan serta keahlian pribadi bukan lagi menjadi pertimbangan utama. Yang penting bisa dan berkesempatan melakoni. Hal-hal lainnya urusan belakang.  

Jama’ah sholat Jum’at yang berbahagia….
            Jika lantas ditanya, bolehkah melakukan hal-hal sebagaimana tersebut? Bolehkan kita meniru kehidupan seseorang untuk kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari? Tentu, hal tersebut bukan dan tidak ada yang berhak melarang. Bisa jadi, mereka-meraka yang kita tiru, serta menjadi panutan hidup adalah sosok-sosok yang juga meniru orang-orang sebelum mereka. Tidak menutup kemungkinan, kalau keberhasilan serta kesusksesan orang-orang yang kita teladani, terispirasi dari keberhasilan dan kesusksesan orang-orang sebelum mereka. Begitulah roda kehidupan ini berputar.
             Selama tidak bertentangan dengan norma serta aturan yang berlaku, baik aturan agama, juga norma pada umumnya, upaya  (dalam tanda kutip) "ikut-ikutan", atau yang biasa kita sebut dengan istilah "tauladan", merupakan satu hal yang sangat positif, bahkan dianjurkan bagi kita. Pada titik ini lah sebenarnya kita telah menerapkan satu adigium yang tidak asing lagi bagi kita, yakni "Tauladan yang baik". Dalam bahasa agama, istilah ini kita kenal dengan "uswatun hasanah".

Kaum muslimin yang dirahmati Allah..............
            Al-Qur'an sebagai kitab yang menjadi pegangan serta ajaran umat Islam juga mensinyalir anjuran untuk menjadikan orang-orang sebelum kita sebagai teladan. Nabi Ibrahim as dan para pengikutnya, serta Nabi besar Muhammad SAW, secara eksplisit termaktub sebagai sosok-sosok yang pantas dijadikan suri tauladan. Dalam Al-Qur'an, surat Al-Mumtahanah ayat 4, ditegaskan:
(قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ.. الآية), di surat yang sama, pada ayat ke-6 juga ditegaskan:
(لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ)       
Mengenai keteladan baginda nabi Muhammad, Allah juga tegaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzab, ayat: 21:
(لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا), yang artinya: Sungguh telah ada bagi kamu sekalian, pada diri Rasulullah, satu suri tauladan; yakni bagi mereka yang berharap keridaan Allah, dan kedamaian di Hari Akhir, serta (panduan) bagi mereka (sebagai cara) cara mengingat (kebesaran) Allah. Wallahu a'lam bissawab..
  
Kaum muslimin rahimakumullah…
            Menarik untuk kita cermati, bagaimana bisa Nabi Ibrahim serta nabi Muhammad dijadikan standar pedoman suri tauladan bagi kita. Pada kesempatan singkat ini, ada baiknya sedikit kita refleksikan sejarah kehidupan Rasulullah. Banyak riwayat yang menjelaskan keteladanan beliau bagi kita. Apapun kedudukan kita dalam hidup ini, sosok Rasulullah bisa kita tiru. Sejak usia dini, hingga masa menjelang ajal, beliau bisa kita jadikan panutan.
            Kita yang masih muda, bisa meniru kegigihan serta perjuangan hidup nabi yang pantang menyerah pada keadaan. Sehebat apapun penderitaan hidup beliau. Seorang suami yang beristri satu, rasul bisa dijadikan tauladan keharmonisan rumah tangga. Atau yang berpoligami pun, teladan rasul patut ditiru dalam hal keadilan.
            Seorang bapak, bisa melihat kehidupan Nabi ketika memiliki anak dan ketika kematian anak-anaknya. Atau anda yang menjadi kakek, bisa juga menghayati pedoman hidup Rasulullah menyayangi dua cucunya, Hasan dan Husain. Bagi para penguasa, atau pemerintah, bahkan presiden sekali pun, tetap bisa menjadikan beliau sebagai panduan menjalankan amanah ummat.
Baginda saw telah meninggalkan warisan agung berupa tauladan kehidupan bagi kita ummatnya. Beliau telah melalui semua pengalaman-pengalaman hidup ini. Beliaulah nabi Muhammad saw yang telah diberi keistimewaan dengan semua ini, sebagai tugas dari Allah untuk membawa agama agung yang mempunyai ciri-ciri umum, kekal dan lengkap.

Ikhwanil muslimin as’ada kumullah....
Akhirnya, marilah kita berharap agar hati serta pikiran kita semakin dibukakan untuk bisa dan secara ikhlas menjadikan beliau sebagai tauladan dalam kehidupan kita sehari-hari, kapan, dimana dan siapa pun kita. Semoga kita bisa menjadi umat baginda Rasul yang kelak mendapat syafaatnya. Amin ya Rabbal alamin...

ومن يعمل مثقال ذرة خيرا يره # ومن يعمل مثقال ذرة شرا يره (الآية)

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم و نفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو البر الرؤوف الرحيم. وقل رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين.