الحمد لله الذي تقدست عن الأشباه ذاته...
أشهد أن لا إله إلا الله ذوالعظمة والجلال والكمال والدوام، وأشهد أن محمدا عبده ورسول الله المخصوص
بأكمل قرب و أرفع مقام.
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه إلى يوم
الدين.
أما بعد، فيا عباد الله... أوصيكم ونفسي أولا بتقو الله
وطاعته، فقد فاز المتقون وخاب الطاغون..
Kaum
muslimin sekalian, rahimakumullah.
Nasehat TAQWA....
Hadirin sidang shalat Jum’at yang berbahagia
Mungkin sudah menjdi ciri khas serta watak alami
manusia untuk meniru atau mengikuti segala hal yang dianggap baik dan bisa
mendatangkan manfaat, setidaknya bagi diri sendiri. Realita ini berlaku dalam
semua aspek kehidupan.
Dalam hal
pendidikan, umpamanya, ketika melihat seseorang berprestasi di bidang akademis,
kita cenderung ingin tahu apa, bagaimana dan dimana orang tersebut mengenyam
pendidikan. Jika tidak bisa melakoninya untuk diri sendiri, setidaknya bisa
menjadi inspirasi dan motivasi untuk pendidikan anak-anak kita. Hal yang sama
juga berlaku dalam kehidupan bersosial. Saat melihat kedudukan seseorang tinggi
dan terhormat di mata masyarakat, tidak perlu dipungkiri, kita pun sebenarnya
ingin seperti itu.
Dalam hal
ekonomi, apalagi. Disadari atau tidak, masyrakat kita saat ini cenderung
menerapkan faham pragmatisme dalam melakoni bidang ekonomi dan usaha kerja. Usaha
atau pekerjaan yang dianggap menguntungkan, berbondong-bondong diikuti khalayak
ramai. Urusan kecakapan serta keahlian pribadi bukan lagi menjadi pertimbangan
utama. Yang penting bisa dan berkesempatan melakoni. Hal-hal lainnya urusan
belakang.
Jama’ah sholat Jum’at yang
berbahagia….
Jika
lantas ditanya, bolehkah melakukan hal-hal sebagaimana tersebut? Bolehkan kita
meniru kehidupan seseorang untuk kita terapkan dalam kehidupan kita
sehari-hari? Tentu, hal tersebut bukan dan tidak ada yang berhak melarang. Bisa
jadi, mereka-meraka yang kita tiru, serta menjadi panutan hidup adalah
sosok-sosok yang juga meniru orang-orang sebelum mereka. Tidak menutup
kemungkinan, kalau keberhasilan serta kesusksesan orang-orang yang kita
teladani, terispirasi dari keberhasilan dan kesusksesan orang-orang sebelum
mereka. Begitulah roda kehidupan ini berputar.
Selama
tidak bertentangan dengan norma serta aturan yang berlaku, baik aturan agama,
juga norma pada umumnya, upaya (dalam
tanda kutip) "ikut-ikutan", atau yang biasa kita sebut dengan istilah
"tauladan", merupakan satu hal yang sangat positif, bahkan dianjurkan
bagi kita. Pada titik ini lah sebenarnya kita telah menerapkan satu adigium
yang tidak asing lagi bagi kita, yakni "Tauladan yang baik". Dalam
bahasa agama, istilah ini kita kenal dengan "uswatun hasanah".
Kaum muslimin yang dirahmati Allah..............
Al-Qur'an sebagai kitab yang menjadi
pegangan serta ajaran umat Islam juga mensinyalir anjuran untuk menjadikan
orang-orang sebelum kita sebagai teladan. Nabi Ibrahim as dan para pengikutnya,
serta Nabi besar Muhammad SAW, secara eksplisit termaktub sebagai sosok-sosok
yang pantas dijadikan suri tauladan. Dalam Al-Qur'an, surat Al-Mumtahanah ayat
4, ditegaskan:
(قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ.. الآية), di surat yang
sama, pada ayat ke-6 juga ditegaskan:
(لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَمَن يَتَوَلَّ
فَإِنَّ اللهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ)
Mengenai keteladan
baginda nabi Muhammad, Allah juga tegaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzab,
ayat: 21:
(لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ
وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا),
yang artinya: Sungguh telah ada bagi kamu sekalian, pada diri Rasulullah, satu
suri tauladan; yakni bagi mereka yang berharap keridaan Allah, dan kedamaian di
Hari Akhir, serta (panduan) bagi mereka (sebagai cara) cara mengingat (kebesaran)
Allah. Wallahu a'lam bissawab..
Kaum muslimin
rahimakumullah…
Menarik
untuk kita cermati, bagaimana bisa Nabi Ibrahim serta nabi Muhammad dijadikan
standar pedoman suri tauladan bagi kita. Pada kesempatan singkat ini, ada
baiknya sedikit kita refleksikan sejarah kehidupan Rasulullah. Banyak riwayat
yang menjelaskan keteladanan beliau bagi kita. Apapun kedudukan kita dalam
hidup ini, sosok Rasulullah bisa kita tiru. Sejak usia dini, hingga masa
menjelang ajal, beliau bisa kita jadikan panutan.
Kita
yang masih muda, bisa meniru kegigihan serta perjuangan hidup nabi yang pantang
menyerah pada keadaan. Sehebat apapun penderitaan hidup beliau. Seorang suami
yang beristri satu, rasul bisa dijadikan tauladan keharmonisan rumah tangga.
Atau yang berpoligami pun, teladan rasul patut ditiru dalam hal keadilan.
Seorang
bapak, bisa melihat kehidupan Nabi ketika memiliki anak dan ketika kematian
anak-anaknya. Atau anda yang menjadi kakek, bisa juga menghayati pedoman hidup
Rasulullah menyayangi dua cucunya, Hasan dan Husain. Bagi para penguasa, atau pemerintah,
bahkan presiden sekali pun, tetap bisa menjadikan beliau sebagai panduan
menjalankan amanah ummat.
Baginda saw
telah meninggalkan warisan agung berupa tauladan kehidupan bagi kita ummatnya. Beliau
telah melalui semua pengalaman-pengalaman hidup ini. Beliaulah nabi Muhammad
saw yang telah diberi keistimewaan dengan semua ini, sebagai tugas dari Allah
untuk membawa agama agung yang mempunyai ciri-ciri umum, kekal dan lengkap.
Ikhwanil muslimin as’ada kumullah....
Akhirnya, marilah kita berharap agar hati serta
pikiran kita semakin dibukakan untuk bisa dan secara ikhlas menjadikan beliau
sebagai tauladan dalam kehidupan kita sehari-hari, kapan, dimana dan siapa pun
kita. Semoga kita bisa menjadi umat baginda Rasul yang kelak mendapat
syafaatnya. Amin ya Rabbal alamin...
ومن يعمل مثقال ذرة خيرا يره # ومن يعمل مثقال ذرة شرا يره
(الآية)
بارك
الله لي ولكم في القرآن العظيم و نفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم
وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو البر الرؤوف الرحيم. وقل رب اغفر وارحم وأنت خير
الراحمين.