Saat ini, sudah nyata ada tiga capres yang akan diusung tiga partai besar: PDIP telah tegas akan mengusung Megawati sebagai capres, seperti halnya partai Demokart akan tetap mempertahankan SBY sebagai capres 2009-2014, dan menyusul Golkar "percaya diri" ikut berlaga dalam kontestan capres RI. Memang, secara tegas Golkar belum menetapkan siapa yang akan diusung sebagi capres. Ketetapan penentuan capres Golkar masih menunggu setelah Rapimnasus Partai Golkar 23 April mendatang.
Kenyataan bertambahnya capres ini tentu semakin memperlebar lika-liku perseteruan politik di Indonesia menjelang pemilu. Menarik untuk diperhatikan fenomena keinginan Golkar mengusung capresnya sendiri. Yang jelas, ini berawal dari harga diri partai yang merasa direndahkan pihak Demokrat. Realita ini sebagai tindak lanjut dari pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Achmad Mubarok, yang "mengkerdilkan" Partai Golkar yang terus dinilai sangat sensitif oleh sebagian besar kalangan elit partai di daerah. Tegas Jk, seperti diberitakan Jawa Pos, 21/2.
Dus, dengan mengatasnamakan 'mandat partai', ketua DPP Golkar yang sekaligus wakil presiden Yusuf Kalla secara terbuka menyatakan kesiapannya bersaing dengan presiden SBY, jika nantinya ditetapkan partai sebagai capres Golkar. Tak ayal, dengan pernyataan JK itu, suhu persaingan antara presiden dan wakilnya semakin memanas. Jika keduanya sudah mengatasnamakan partai, otomatis kepentingan bersama untuk bangsa akan dikesampingkan.
Dengan kenyataan ini, yang patut disayangkan adalah nasib bangsa yang akan terimbas panasnya kompetisi para elit negara tersebut. Sayang, sayang seribu sayang. Kenapa kabar ini sudah berembus di tengah-tengah gencarnya pemerintah yang mengupayakan masa jabatan mereka menjadi husnul khatimah? Kenapa kabar ini tak diupayakan untuk sejenak dipendam, menunggu berakhirnya masa jabatan pemerintah 2004-2009 ? Sedemikian urgennyakah pendeklarasian capres untuk partai menjelang pemilu legislatif? Pastinya, peluang ini akan dijadikan senjata oleh kelompok yang memang mengharap pecahnya 'keharmonisan' SBY-JK. Hati-hatilah menfilter "mandat" partai. Sebagai personil partai, boleh saja SBY atau JK berhujjah melaksanakan tugas partai. Yang lebih urgen dari semua itu, Anda berdua telah dipilih langsung oleh sebagian besar bangsa Indonesia untuk menjalankan roda pemerintahan. Gampangnya, saat ini pemerintahan sedang menghadapi dilema: antara "SBY-JK" sekaligus "SBY dan JK".
Kenapa kompetisi partai-partai yang ada semakin mengaburkan makna perjuangan untuk bangsa? Yang nampak selanjutnya, partai-partai yang ada saling berebut menunjukkan arogansi untuk kemenangan pribadi, tidak untuk kepentingan bangsa.
Harapan kami: "Jangan tukar kepentingan bangsa dengan arogansi politik sesaat".
21.2.09
SBY-JK vs SBY dan JK
KEPENTINGAN: BANGSA ATAU PARTAI?
Langganan:
Postingan (Atom)