26.12.14

SELAMAT NATAL: PENAFIAN KETUHANAN ISA




Pengucapan "Selamat Natal" sampai saat ini menjadi polemik di kalangan umat Islam yg terus berkelanjutan. Permasalahannya seputar boleh-tidaknya kaum muslim mengucapkannya kepada umat Nasrani. Sebagian ulama ada yang membolehkan, dan sebagian lagi ada yang melarang.
Macam-macam alasan yang melarang pengucapan "Selamat Natal. Mulai dari anggapan menyetujui perayaan Hari Besar kaum Nasrani ini, sampai kepada kekhawatiran terjerumus pada kesyirikan karena sepakat atas ketuhanan Isa putra Maryam. 

Sementara bagi kelompok yang membolehkan pengucapan "Selamat Natal", alasan yang dipakai pun bermacam-macam. Mulai dari pengamalan nilai toleransi antar sesama umat beragama, hingga merelatifkan kata-kata pengucapan tersebut. Kata kelompok ini: apa sih salahnya cuma sekedar mengucapkan?

Buntutnya, kedua kelompok ini pun saling mementahkan alasan masing-masing. Kata kelompok yang melarang: jangan salah, dengan kalimat talak, hubungan suami istri bisa putus; dg kalimat syahadat, non muslim bisa masuk Islam. Maka dengan kata-kata "Selamat Natal", bisa saja umat Islam terjerumus kesyirikan, dan sebagainya, dan seterusnya. Sementara kata kelompok yang membolehkan ucapan Natal, bahwa Islam itu agama yang toleran. Mereka juga beralasan bahwa tidak ada satu pun nas yang melarang pengucapannya. Dan banyak lagi alasan lainnya yang tidak mungkin penulis ketengahkan dalam catatan ini.

Waba'du, dalam catatan ini, penulis mencoba memposisikan masalah di antara dua kubu umat Islam tersebut; setuju dengan alasan kelompok yang melarang, dan juga mengamini hujjah kelompok yang membolehkan. Dengan posisi ini, penulis menerima alasan mereka yang kontra, dan pastinya bangga dengan argumen mereka yang pro sebagai bentuk pengamalan nilai toleransi dalam Islam, khususnya dalam pengucapan "Selamat Natal".

Sebagaimana dalam judul catatan, penulis mempersilahkan, bahkan menganjurkan umat Islam mengucapkan "Selamat Natal". Sepintas, catatan ini nampak mendukung kelompok yang membolehkan pengucapannya, dan bertentangan dengan kelompok lainnya. Dus, catatan ini pun terkesan keberpihakannya kepada kelompok yang membolehkan pengicapan "Selamat Natal". Untuk kelompok yang kontra, sebaiknya anda sabar dulu, dan jangan keburu berpikiran negatif. Alasan yang akan penulis kemukakan justru pada hakekatnya berpihak pada alasan kelompok yang melarang pengicapan tersebut. 

Berikut alasan yang penulis pakai untuk menganjurkan pengucapan "Selamat Natal" bagi umat Islam kepada kaum Nasrani:
Pertama, konsep ketuhanan dalam Islam sangat jelas termaktub di QS: Al-Ikhlas. Disana disebutkan bahwa Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperanakkan. Artinya, sesuatu atau siapa saja yang beranak, atau diperanakkan, maka umat Islam harus tegas menolak sesuatu tersebut sebagai Tuhan.

Kedua, dari makna kata "natal" itu sendiri. Secara bahasa, "natal" berarti kelahiran, dan maksud dari kata "Selamat Natal" adalah "Selamat atas kelahiran Isa". Dari sini jelas, ketika kita mengucapkan "selamat Natal" itu artinya kita meyakini bahwa Isa putra Maryam itu dilahirkan. Tentang benarkah Issa dilahirkan pada tanggal 25 desember, itu lain urusan. Yang jelas, orang yang dilahirkan itu pasti bukan Tuhan. Bukankah konsep ketuhanan dalam surah Ikhlas sudah menegaskan hal ini. Dengan logika ini, penulis justru menyayangkan pelarangan pengucapan "Selamat Natal" oleh umat Islam. Pelarangan ini bisa menimbulkan perspektif bahwa Isa itu memang benar-benar Tuhan yang tidak dilahirkan. Maka, bagi kita yg meyakini kebenaran surah Ikhlas, sepatutnya justru memperbanyak pengucapan "Selamat Natal" kepada umat Kristiani, dengan maksud meyakinkan bahwa Isa itu dilahirkan, dan ini mementahkan konsep ketuhanan Isa.

Dan yang ketiga, alasan penulis menyebarkan anjuran pengucapan "Selamat Natal", adalah agar alasan ini juga dibaca oleh kaum Nasrani dan ujung-ujungnya mereka sendiri akan menolak pengucapan "Selamat Natal" dari umat Islam, atau mereka pun bisa menerima secara logis bahwa memang Isa itu tidak lain hanyalah manusia yang diberikan wahyu oleh Tuhan untuk menjadi Rasul bagi kaumnya. Dan Isa Putra Maryam jelas bukan Tuhan, kan??! Maka, dengan mengucapkan "Selamat Natal", itu artinya kita menegaskan bahwa Isa itu juga manusia karena juga dilahirkan. Inilaha yang penulis maksud dengan judul" "Selamat Natal: Menafikan Ketuhanan Isa".
Wallahu a'lam bissawab...


3.10.14

HAKEKAT MAKNA BERKURBAN




السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر  X٩  كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد. الحَمْدُ للهِ الذى تَنَزَّهَ عَنِ الشَّبِيهِ والنَّظِيرِ وَتَعَالى عَنِ المَثِيلِ ‏فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: {لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَئٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ} ‏أَحْمَدُهُ عَلَى أَنْ أَلْهَمَنَا العَمَلَ بِالسُّنَّةِ والكِتَابِ وَرَفَعَ في ‏أيَّامِنَا أَسْبابَ الشَّكِ والارْتِيَابِ، وَأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلاّ اللهُ ‏وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ يَرْجُو بِإخْلاصِهِ حُسْنَ ‏العُقْبَى وَالمَصِيرِ، وَيُنَزِّهُ خَالِقَهُ عَنِ التَّحَيُّزِ في جِهَةٍ، وَأَشْهَدُ ‏أنَّ سَيِدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الذي نَهَجَ سَبِيلَ النَّجاةِ لِمَنْ سَلَكَ سَبِيلَ ‏مَرْضَاتِهِ، وَأَمَرَ بِالتَّفَكُرِ في آلاءِ اللهِ وَنَهَى عَنِ التَّفَكُّرِ في ‏ذَاتِهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى ءالِهِ وَأَصْحَابِهِ الذينَ عَلا بِهِمْ ‏مَنَارُ الإيمانِ وارتَفَعْ، وَشَيَّدَ اللهُ بِهِمْ مِنْ قَواعِدِ الدّينِ ‏الحَنِيفِ مَا شَرَعْ، وَأَخْمَدَ بِهِمْ كَلِمَةَ مَنْ حَادَ عَنِ الحقِ ‏وَمَالَ إلى البِدَعْ.
أمَّا بَعْدُ أَحبَابَ الرّسُولِ الأعْظَمِ، فإنَّ ‏خَيْرَ ما أوصيكُمْ بِهِ في هذِهِ الصّبيحَةِ المُبَارَكَةِ تَقْوَى اللهِ والمُسارَعَةُ إلى الطّاعاتِ. 
                                       الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
 Jama’ah shalat ‘Idul adha rahimakumullah…
 Nasehat Taqwa……..

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah….
Ada dua istilah yang biasa digunakan untuk menyebut hari in, tanggal 10 D. Hijjah, yakni: Lebaran Haji dan Hari Raya Qurban. Disebut Lebaran Haji, karena pada hari ini umat Islam seluruh penjuru bumi telah selesai menjalankan inti dari manasik haji, yaitu wuquf di Arafah, yang dilaksanakan pada tanggal 9 D. Hijjah, maka hari pada tgl 10 D. Hijjah disebut Hari Raya Haji, maksudnya, umat Islam yang berangkat ke Tanah Suci dengan tujuan menjalankan rukun Islam yg kelima, tidak lagi disebut Calon Jama'ah Haji, tapi sudah menjadi Jama'ah Haji, tanpa ada embel-embel calon. Sekali lagi karena inti haji sudah dilaksanakan. Rasul bersabda: Al-hajju Arafah (Ibadah haji itu intinya adalah wuquf di Arafah). Itulah alasan kenapa hari pada tgl 10 D. Hijjah disebut Lebaran Haji.

Selain dikenal dengan Lebaran haji, hari ini juga disebut Hari Raya Qurban, bahasa Arabnya: Idul Adha. Hal ini karena memang pada hari raya ini identik dengan kegiatan berkurban. Yakni penyembelehan hewan-hewan kurban sejak dari selesainya pelaksanaan shalat Id seperti yang saat ini kita kerjakan, sampai pada tiga hari kedepan, yakni tgl 11, 12, dan 13 d. Hijjah. Hari-hari ini disebut hari tasyriq.

Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah…
Kaitannya dengan kurban, dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
"مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّناَ" أخرجه ابن ماجه
Artinya: "Barang saiapa mempunyai kelapangan rizqi lalu tidak berkurban, jangan mendekati tempat shalat kami".
Hadis ini mengisyaratkan bahwa berkurban sangat dianjurkan bagi kaum muslim yang memiliki kelapangan rizqi, sampai-sampai orang yang tidak mau berkurban diminta sebaiknya menjauhkan dari tempat shalat umat Islam. Para ulama pun sepakat, hukum berkurban bagi yang mampu adalah sunnah muakkadah.

Selain itu, QS al-Kautsar ayat 1-3 juga merupakan salah satu dasar hukum anjuran untuk berkurban. Firman Allah:
إنا أعطيناك الكوثر # فصل لربك وانحر # إن شانئك هو الأبتر
Artinya:"Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membnci kamu dialah yang terputus"  
Lantas, apa sebenarnya hakekat dan makna berkurban itu?

Hadirin Jama'ah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah…
Pada hakekatnya, kurban sudah dikenal sejak masa paling awal umat manusia. Ketika itu, dua putra Adam diperintahkan berkurban untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Anak yang satu berkurban hewan yang baik dan bagus, sedangkan yang lainnya berkurban hasil ladang yang tidak bagus. Maka Allah menerima kurban dari yang pertama, dan menolak kurban dari yang kedua. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur'an surah al-Maidah: 27, Allah berfirman:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَىْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ اْلأَخَرِ قَالَ لأَقْتُلَنَّكَ* قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Artinya: "Ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka kisah dua putra Adam (Habil dan Qabil) dengan sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan Korban, maka diterima (kurban) salah satu dari keduanya (yakni Habil), dan ditolak dari lainnya (yakni Qabil). Ia (Qabil) berkata: 'Aku pasti akan membunuhmu!' (Habil) berkata: Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa". (Al-Ma'idah: 27)
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah hanya menerima kurban dari orang-orang muttaqin, yakni orang-orang yang bertaqwa dengan ketaqwaan yang benar.

Hadirin wal hadirat sekalian….
Tradisi atau kebiasaan mempersembahkan kurban ini terus dilestarikan. Bukan hanya oleh manusia, tapi bahkan oleh Allah SWT, yang meminta kepada hamba-Nya yang benar-benar ingin selalu dekat kepada-Nya agar mempersembahkan "sesuatu" kepada Allah. Peristiwa yang paling monumental mengenai perintah untuk berkurban ini terjadi ketika Nabi Ibrahim as mendapat wahyu dalam mimpinya untuk menyembeleh anaknya sendiri sebagai wujud kurban kepada Allah SWT.

Kepatuhan Ibrahim memenuhi perintah Allah, dan kesabaran anaknya, Ismail as, untuk menjadi kurban sembelihan, dibalas oleh Allah dengan menggantikan Ismail dengan seekor kambing biri-biri menjadi semacam ikon kurban walau sebenarnya ada hewan-hewan lain seperti sapi dan unta, yang juga boleh dijadikan kurban. Kisah tentang perintah penyembelehan Ismail ini diabadikan dalam Al-Qur'an surah Ash-Shaffat 102-107, Allah berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى* قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: "Maka tatkala anak itu sampai (pada usia cakap) berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelehmu. Maka fikirkanlah, apa pendapatmu?'. Isma'il menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Hadirin Jama'ah sekalian yang berbahagia...
Dari dua kisah ini kita bisa menyimpulkan bahwa hakekat pengorbanan adalah keikhlasan mempersembahkan kebanggaan dari keinginan atau cita-cita kita dalam hidup. Kita tahu, dua putra nabi Adam berprofesi beda. Habil sebagai pengembala, sedangkan Qabil adalah seorang petani. Dari dua profesi itu, Allah memerintahkan untuk mempersembahkan hasil usaha mereka. Dan karena keimanan dan ketaqwaannya, Habil lantas mempersembahkan hasil terbaiknya berupa ternak. Sedangkan Qabil, persembahannya kepada Allah hanya alakadarnya saja. Tidak setulus hati ia memenuhi perintah Allah.

Serupa dengan kesungguhan Habil, nabi Ibrahim pun telah membuktikan kecintaannya kepada Allah melebihi kecintaannya pada segalanya, termasuk kecintaannya kepada anak semata wayangnya yang dikaruniai Allah pada masa tuanya. Bisa kita bayangkan pengorbanan sosok ayah yang selama ini mendambakan seorangg anak, lantas siap mempersembahkan si anak untuk Tuhannya. Masya Allah, la haula wala quwwata illa billahil 'aliyyil 'adzim... 

Maka bukan lah satu hal yang berlebihan jika kisah ini diabadikan dalam Al-Qur'an, sebagai refleksi serta barometer: adakah kesiapan bagi kita untuk menjadikan cinta kepada Allah SWT, di atas kecintaan kita kepada segalanya?! Mampukah kita menjalankan peran dalam sejarah kehidupan kita masing-masing bahwa tujuan akhir setiap usaha kita bermuara pada pembuktian keimanan serta ketaqwaan kita yang tulus kepada Allah?!

Pertanyaan-pertanyaan serupa kiranya perlu selalu kita pertegas dalam setiap langkah kita, kapan, dimana, dan untuk apapun. Masuk kelompok Habil kah kita?! Atau masih sebatas Qabil yang kecintaannya kepada Allah sekedar formalitas belaka?! Dengan penampilan dan suara lantang kita sebut diri sebagai muslim, mukmin dan muttaqin. Namun godaan-godaan kecintaan dunia seringkali membelenggu diri, hingga mengaburkan makna ketulusan iman dan taqwa kita.

Ingatlah, tanpa ketulusan iman, manusia acapkali tergoda hingga membenarkan upaya penyimpangan dari amanah yang dibebaninya. Penguasa, akan mudah memonopoli kekuasaan; pejabat, mudah sekali berbuat curang atas kekuasaannya; seorang hakim, sangat mungkin sekali menggadaikan kehormatan jabatannya untuk kepentingan sesaatnya. Maka, hanya dengan ketulusan iman, kita bisa menjalankan amanah dengan sebenar-benarnya.

Hadirin kaum muslimin dan muslimat sekalian...
Marilah pada kesempatan ini kita berdo'a agar umat Islam yang saat ini menjadi tamu Allah ke Baitullah, diberikan kesehatan dan kekuatan fisik menjalankan manasik haji... dan semoga mereka mendapatkan haji yang mabrur, haji mereka diterima oleh Allah SWT..

Dan bagi kita yang belum berkesempatan menjalankan ibadah haji karena satu dan lain hal, ada ungkapan yang perlu direnungkan: " kalau anda tidak dapat berkunjung ke rumah kekasih, maka undanglah kekasih ke rumah Anda. Maksudnya, kalau anda belum bisa berhaji, maka hadirkanlah Allah dalam jiwa. Ketika itu terjadi, maka anda akan lebih berbahagia ketimbang yang berkunjung ke rumah kekasih tetapi ditolak, dianggap tidak menemui kekasih. Maka, selalulah berdo'a semoga kita bisa menghadirkan Allah dalam hati dan jiwa kita, agar setiap pikiran, langkah dan tingkah laku kita mendapat bimbingan Allah azza wajalla...

Akhirnya, Marilah, di tempat dan kesempatan yang penuh barokah ini kita bersama-sama bermunajat kepada Allah, agar tergolong hamba-hamba yang bisa menghambakan diri dengan setulus hati, menjadikan kecintaan kepada Allah sebagai dasar atas kecintaan kepada segalanya. Semoga kita mampu menjadi orang tua seperti yang dicontohkan Ibrahim, dan siap menjadi anak seperti ditauladani Isma'il. Amin wastajib lana ya mujibassailin...
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
  بسم الله الرحمن الرحيم: (إنا أعطيناك الكوثر * فصل لربك وانحر* إن شانئك هو الأتبر)
تَقَبّلَ اللهُ ‏منّا صالحَ الطّاعاتِ، وَجَمَعَنَا وإياكُمُ العامَ القَادِمَ على ‏عَرَفَات، وَرَزَقَنَا زِيارَةَ قَبْرِ حَبيبِهِ مُحمّدٍ صلّى اللهُ عليهِ ‏وَسلّمَ، وَثَبّتَنَا على كامِلِ الإيمانِ؛
أقولُ قولي هذا، وأسْتَغْفِرُ ‏اللهَ العظيمَ لي ولَكُمْ، فَياَ فَوْزَ المُسْتَغْفِرِينَ، استغْفِرُوا اللهَ

الخطبة الثانية لعيد الأضحى
الله أكبر X٧ الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا لاإله إلا الله والله أكبر ولله الحمد. الحمدُ للهِ الذي تَقَدّسَ عنِ الأنْدادِ وأحْصَى كُلَّ شىءٍ ‏عَدَداً وَتَنَزّهَ عنِ الأشْبَاهِ ولمْ يَزَلْ فَرْداً صَمَداً، أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدأ عبده ورسوله؛ الصّلاةُ ‏والسّلامُ على الرّسُولِ المُجتَبَى والنّبيِ المُصطفى سيِدِنَا ‏مُحمّدٍ بنِ عَبْدِ اللهِ وعلى آلِهِ الأبْرارِ وأصْحَابِهِ الأطْهارِ ‏الأنجابِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحْسانٍ إلى يوْمِ الجزاءِ والحِسابِ.
أما بعد: واعْلَمُوا عِبَادَ اللهِ بأنّ اللهَ أَمَرَكُم بأمْرٍ عَظيمٍ أَمَرَكُم ‏بالصّلاةِ والسّلامِ على نبيِهِ الكريمِ فَقَالَ: {إنّ اللهَ ‏وَمَلائِكَتَهُ يُصلُّونَ عَلَى النّبي يا أيّها الذينَ آمَنُوا صَلّوا عَليهِ ‏وَسَلّمُوا تَسْليما} اللهُمّ صَلِّ عَلَى مُحمّدٍ وَعَلَى آلِ ‏مُحمّد كَمَا صَلّيْتَ على إبْراهيمَ وَعَلَى آلِ إبراهيمَ وبارِكْ ‏على مُحمّدٍ وعلى آلِ مُحمّد كَمَا بَاركْتَ عَلَى إبراهيمَ ‏وَعَلَى آلِ إبراهيمَ انّكَ حميدٌ مجيدٌ، اللهُمّ إنّا دَعَوْناكَ فاستجِبْ لَنَا دُعاءَنَا فاغْفِرِ اللّهُمّ لَنَا ذُنُوبَنَا وإسْرَافَنَا في ‏أَمْرِنَا، اللّهُمّ لا تَدَعْ لَنَا ذَنْباً إلا غَفَرْتَهُ ولا دَيْناً إلا قَضَيْتَهُ ‏وَلا مَريضاً إلا عَافَيتَهُ يا أرحَمَ الرّاحِمِينَ، اللّهُمّ عَلّمْنا ما ‏جَهِلْنَا وَذَكّرْنَا مَا نَسِينَا وانْفَعْنَا بما عَلّمْتَنَا يا رَبَّ العَالمينَ، ‏اللّهُمّ اجْعَلِ القُرءانَ رَبيعَ قُلُوبِنَا وَنُوراً لأبْصَارِنَا ‏وَجَوَارِحِنَا وارْزُقْنا تِلاوَتَهُ آناءَ اللّيْلِ وأطْرافَ النّهارِ.
‏اللّهُمّ اغفِرْ للمُؤمِنينَ والمُؤمِناتِ الأحْياءِ مِنهُم والأمْوات إنّكَ سَميعٌ قَريبٌ مُجيبُ الدّعَوَاتِ، اللّهُمّ اسْتُرْ عَوْراتِنَا ‏وآمِنْ رَوْعَاتِنَا واكْفِنَا ما أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ ما نَتَخَوَّفُ.
عِبَادَ ‏اللهِ إنّ اللهَ يأمُرُ بالعدْلِ والإحْسانِ وإيتاءِ ذي القُربْى ‏ويَنْهى عنِ الفَحْشاءِ والمُنْكَرِ والبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلّكُمْ ‏تَذَكّرُون، أذْكُرُوا اللهَ العَظيمَ يَذْكُرْكُمْ واشْكُرُوهُ يَزِدْكُمْ ‏واسْتَغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ واتّقُوهُ يجْعَلْ لَكُمْ من أمْرِكُمْ ‏مَخْرَجاً. أَعَادَهُ اللهُ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 



14.4.14

Nabi Isa as dalam Al-Qur'an




الحمد لله الذي تفرد بالعز والجلال، وتوحد بالكبرياء والكمال، وجلّ عن الأشباه والأشكال، ودل على معرفة فزال الإشكال، وأذل من اعتز بغيره غاية الإذلال، وتفضل على المطيعين بلذيذ الإقبال، بيده ملكوت السماوات والأرض ومفاتيح الأقفال، لا رادّ لأمره ولا معقب لحكمه وهو الخالق الفعال.
اشهد إن لا اله إلا الله, وحده لا شريك له, له الملك, وله الحمد وهو علي كل شيء قدير
وأشهد أن سيدنا وحبيبنا وشفيعنا، محمد عبد الله ورسوله وصفيه من خلقه وحبيبه
الذي أيده بالمعجزات الظاهرة، والآيات الباهرة، وزينه بأشرف الخصال
ورفعه إلى المقام الأسنى، فكان قاب قوسين أو أدنى، وخلع الجمال.
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد، وعلي اله وأصحابه ومن سار على نهجه وتمسك بسنته واقتدى بهديه واتبعهم بإحسان إلي يوم الدين ونحن معهم يا أرحم الراحمين
أما بعد: أوصيكم عباد الله وإياي نفسي بتقوى الله تعالى، فقال عز وجل:( يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا* يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما).
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah…
Salah satu rukun iman bagi umat Islam adalah mempercayai adanya nabi atau rasul  Allah untuk umat manusia. Ada 25 nabi yang wajib kita ketahui. Salah satunya adalah Isa binti Maryam alaihimas salam. Pada khutbah kali ini, kita akan sedikit membicarakan siapa sebenarnya nabi Isa as, menurut perspektif Islam, sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur'an. Bukan Isa menurut ajaran Bani Israil yang Yahudi, bukan juga Isa menurut Bani Israil yang kristiani, atau umat Kristiani pada umumnya.

Hadirin Jama'ah Jum'at yang berbahagia…
Isa tidak lain adalah manusia alias makhluk ciptaan Allah. Jika terdapat kelebihan Isa dibanding manusia pada umumnya, hal itu merupakan mukjizat yang Allah anugrahkan kepada beliau, sebagaimana Allah juga anugrahkan mukjizat kepada nabi serta rasul lainnya. Memang, antara santu nabi dengan lainnya memiliki kelebihan atau mukjizat yang berbeda-beda. Menurut para ulama, perbedaan mukjizat itu lebih dikarenakan faktor kebutuhan para nabi dalam menyebarkan da'wahnya bagi ummat mereka masing-masing. Ada mukjizat atau kemampuan seorang nabi yang bisa berjalan di angin. Ada yang dianugrahi tongkat sakti. Ada juga yang bisa berbicara dengan segala jenis bahasa, ada yang bersuara sangat merdu, ada yang berparas rupa sangat menawan, ada yang bisa menghidupkan orang yang sudah mati, dan ada juga mukjizat berupa kitab yang tiada bandingannya dari segala aspek; baik aspek bahasanya, susunan kalimatnya, serta aspek kandungan maknanya yang begitu dahsyat. Sedemikian dahsyatnya, hingga tiada kejenuhan bagi siapa saja untuk membacanya, meski berulang-ulang, dan itu tercatat sebagai ibadah di sisi Allah. Mukjizat terakhir ini lah yang Allah anugrahkan kepada nabi kita Muhammad SAW.

Kembali kepada nabi Isa, dalam Islam beliau adalah rasulullah yang banyak dikisahkan dalam al-Qur'an. Tidak seperti nabi lainnya, Al-Qur'an mengisahkan tentang nabi Isa sejak dari sebelum kehamilan ibunya, saat dalam kandungan, pada masa bayinya, hingga kisah-kisah Isa ketika menjadi Rasul. Dalam Al-Qur'an dijelaskan:
"إِذْ قَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ ياَمَرْيَمُ إِنَّ اللهَ يُبَشِّرُكَ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيْهاً فِي الدُّنْياَ وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ"
"(ingatlah) ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari pada-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). (Ali Imram: 45)

Hadirin rahimakumullah…
Ayat di atas menceritakan nabi Isa pra-masa kandungan. Selanjutnya Al-Qur'an juga mengisahkan saat bagaimana ibunya, menjalani proses kehamilannya. Bagaimana Maryam harus mengasingkan diri sebagai seorang perawan yang hamil, bagaimana memenuhi kebutuhan hidup dalam keterasingan, hingga bagaimana menanggung cibiran dari masyarakat yang menilai kehamilan Maryam sebagai satu aib. Keterangan tentang kehamilan Maryam itu tertera secara berurutan dalam Al-Qur'an pada ayat 22 s/d ayat 26 surat Maryam.

Pada ayat ke 27, dan 28, Al-Qur'an menceritakan bagaimana setelah Maryam melahirkan Isa. Allah berfirman:
"فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ، قَالُوْا يَمَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئاً فَرِيًّا @ يَا أُخْتَ هَارُوْنَ مَا كَانَ أَبُوْكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَماَ كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا"
"Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka lantas berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang yang sangat mungkar. Wahai saudari Harun, ……

Mendengar hinaan itu, Maryam tidak bisa menjawab untuk membela dirinya. Dia justru menunjuk bayinya yang seolah-olah menyuruh kaumnya bertanya langsung pada si bayi. Seperti pada ayat selanjutnya:
"فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ، قَالُوْا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا"
"Maka Maryam menunjuk pada anaknya, mereka pun berkata: "bagaimana mungkin kami bertanya (langsung) kepada seorang bayi yang masih dalam kandungan?!"

Subhanallah, tanpa disangka-sangka, sang bayi yang masih dalam gendongan itu pun mampu berbicara dengan baik dan benar untuk membantah tudingan miring yang diarahkan kepada ibunya. Perkataan-perkataan Isa saat masih bayi terekam dalam Al-Qur'an pada ayat 30 s/d ayat 33 di surah Maryam juga. Ayat-ayat tersebut berbunyi:
"قَالَ إِنِّي عَبْدُ الله ءَاتَانِيَ الْكِتاَبَ وَجَعَلَنِى نَبِيًّا"@ "وَجَعَلَنِي مُباَرَكاً أَيْنَماَ كُنْتُ وَأَوْصاَنِي بِالصَّلاَةِ وَالزَّكاَةِ مَادُمْتُ حَيًّا"@  "وَبَرًّا بِواَلِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَباَّراً شَقِياًّ"@  "وَالسَّلاَمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوْتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا"
Pada ayat selanjutnya, Allah menegaskan:
"Itulah Isa putra Maryam yang mengatakan perkataan yang benar (tentang satu hal) yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenaran hal tersebut" (Maryam: 34).
Hal yang terjadi perbantahan di dalamnya itu adalah proses kehamilan serta kelaharin Isa tanpa ayah.

Hadirin Jama'ah Jum'at rahimakumullah…
Tentang berbantah-bantahan dalam proses kehamilan Maryam dan kelahiran nabi Isa, sampai saat ini masih terus berlanjut. Setidaknya ada tiga kelompok besar, dan masing-masing memiliki keyakinan yang berbeda-beda.

Kelompok pertama adalah kaum Yahudi, yang mula-mula berasal dari Bani Israil. Mereka menganggap bahwa kelahiran Isa as merupakan hasil dari hubungan gelap Maryam. Maka jangankan menganggap sebagai nabi, bahkan Isa mereka anggap sebagai anak haram. Sama sekali tidak terpikirkan oleh mereka kalau proses kelahiran nabi Isa yang tidak lazim itu merupakan satu pertanda kebesaran Allah SWT. Mereka lalai jika Allah sudah menghendaki sesuatu, maka cukuplah Dia berfirman "kun fayakun". Sungguh mereka termasuk kelompok yang sangat durhaka. Bukankah Adam dan Hawa juga tercipta tanpa perantara lazimnya anak yang terlahir?! Maka ditegaskan:
"إِنَّ مَثَلَ عِيْسَى عِنْدَ الله كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُراَبٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ"
"Sesungguhnya perumpamaan Isa bagi Allah tak ubahnya seperti Adam, Allah ciptakan dia dari tanah dan lantas berfirman "jadilah, maka jadilah apa yang dikehendaki Allah".

Selanjutnya adalah kelompok kedua yang menyikapi ketidak-laziman lahirnya Isa as. Kelompok ini adalah kaum kristiani, yang menganggap bahwa dengan proses ketidalaziman saat terlahir, Isa oleh kelompok kedua ini dianggap sebagai putra Tuhan, bahkan sebagai jelmaan Tuhan itu sendiri untuk umat manusia. Na'uzdubillahi min dzalik…Sungguh nyata kesesatan kelompok ini.

Dan kelompok yang ketiga adalah kita umat Islam. Kita menghormati Isa sebagaimana layaknya hormati seorang utusan Allah. Tentang ketidaklaziman dalam proses kelahirannya, kita menilainya sebagai satu dari sekian banyaknya mukjizat Allah yang dianugrahkan kepada nabi Isa as.

Al-Qur'an mengisahkan, selain terlahir tanpa ayah, mukjizat nabi Isa  lainnya adalah kemampuannya menghidupkan orang yang telah mati, bisa menciptakan burung dari sebidang tanah, mampu mengobati orang yang buta sejak lahir, dan juga mampu menyembuhkan penyakit yang sangat kritis dalam sekecap mata. Tentu semua itu dengan seizin Allah SWT. Keterangan tentang mu'jizat nabi Isa itu tertera dalam surat Al-Maidah: 110.

Hadirin sekalian rahimakumullah…
Begitulah gambaran siapa sebenarnya nabi Isa dalam perspektif kita umat Islam. Dari sini sangat jelas perbedaan kita dengan kaum Yahudi dan Nasrani dalam menilai Isa as. Kita tidak menghina nabi Isa sebagai anak haram, dan kita juga tidak menganggapnya sebagai manusia yang harus disembah, alias jelmaan Tuhan. Kita berada di tengah-tengah antara dua kelompok agama Ibrahimi tersebut. Dengan posisi di tengah inilah, kita termasuk umat yang berada dijalan yang benar, alias lurus. (syiratal mustaqim).

Selain perbedaan menyikapi ketidak-laziman lahirnya Isa, ada satu hal lagi yang mesti kita fahami dalam memposisikan diri sebagai umat Islam, yang harus berada di tengah-tengah antara Yahudi dan Nasrani. Jangan sampai kita condong seperti kelompok Yahudi, juga jangan seperti kaum Nasrani. Satu hal tersebut adalah masalah penegakan hukum.

Pada titik ini, posisi kita sebagai umat 
Islam itu ternyata  tidak mudah. Kita harus tahu kapan menegakkan hukum, dan kapan memaafkan manusi; kapan meniru Nabi Musa sebagai pembawa ajaran Taurat, dan kapan harus meniru Nabi Isa dengan ajaran Injilnya. Itulah sebabnya kita harus selalu berdoa, “ihdinâ al-shirâth al-mustaqîm” (tunjukkanlah kami jalan yang lurus). Yang positif ialah, “shirâth al-ladzîna ‘an`amta `alayhim”; sedang negatifnya adalah “ghayri al-maghdlûbi `alayhim wa lâ al-dlâllîn”. Umumnya tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-maghdlûbi `alayhim ialah orang Yahudi dan al-dlâllîn adalah orang Nasrani. Maksudnya ialah, al-maghdlûbi `alayhim, karena orang Yahudi dalam menerapkan agama terlalu kaku, dan kehilangan lembutnya kemanusiaan. Sedangkan orang Nasrani terlalu longgar sehingga “habis”.

Ini penting sekali untuk dihayati karena perspektif ini nyaris hilang dari umat Islam. Sebagai contoh kasus yang bisa kita cerna, ciri-ciri kaum beriman itu, dalam Al-Quran surat Al-Syûrâ: 39-43, ialah:
"وَالَّذِيْنَ إِذاَ أَصَابَهُمُ الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُوْنَ"
"Mereka yang apabila diperlakukan secara tidak adil, melawan". Itulah ciri orang beriman. Jadi tidak diam begitu saja;
"وَجَزآؤُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهاَ..."
Setiap kejahatan harus dibalas secara setimpal". Tidak benar seperti ajaran Nasrani yang  jika pipi kiri ditampar, maka mempersilahkan pipi kanan untuk ditampar juga. Orang Yahudi itu sebaliknya, “al-anfu bi al-anfi wa al-`aynu bi al-`ayni wa al-udzunu bi al-udzuni” (hidung dibalas dengan hidung, mata dengan mata, telinga denga telinga [Q., 5: 45] ).
Toh demikian, kita juga dituntun tidak seperti ajaran Yahudi, sebagaimana kelanjutan ayat sebelumnya:
"... فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى الله، إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الظَّالِمِيْنَ"
"Tapi barangsiapa bisa memberi maaf dan berdamai, Allah yang menanggung pahalanya). Jadi seolah-olah begini: “kalau kita diperlakukan secara zalim, balas, tapi sebetulnya lebih baik kalau kita bisa memaafkan, sebab kalau kita membalas itu sering berlebihan, padahal dalam ayat itu dinyatakan, “innallaha lâ yuhibbu al-zhâlimîn(Dan Allah tidak suka pada orang yang dalim).

Sebagai contoh, masih ingat kasus kerusuhan di Kupang; ada mushalla satu pecah jendelanya, namun balasannya tiga belas gereja hancur. Jadi ada konsesi kepada kenasranian di sini, yaitu kasih sayang. Tapi untuk menggambarkan sulitnya menjadi orang Islam, masih ada kelanjutannya.
"وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيْلٍ @ إِنَّماَ السِّبِيْلُ عَلَى الَّذِيْنَ يَظْلِمُوْنَ النَّاسَ وَيَبْغُوْنَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ، أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ"
Tapi barang siapa melawan karena diperlakukan tidak adil mereka tidak boleh disalahkan; yang harus disalahkan adalah mereka yang berbuat zalim kepada sesama manusia dan bikin kerusakan di bumi tanpa alasan yang benar, mereka akan mendapat siksa yang pedih sekali".

Jama'ah Juma'at Rahimakumullah…
Ayat ini merupakan dukungan kepada orang yang membela diri, bahkan membalas, dan harus tegas. Tapi lagi-lagi tidak berhenti di situ. Seterusnya ialah kembali lagi kepada kenasranian:
"وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ اْلأُمُوْرِ"
 Tapi barang siapa sabar dan sanggup memberi maaf, itulah kualitas yang lebih tinggi" Karena itu, realita ini adalah gambaran tidak mudah menjadi orang Islam. Sebab suatu saat kita harus tegas menegakkan hukum, namun di saat lain kita harus berani memaafkan. Itu masalahnya. Kalau hanya menghukum saja maka cukup menjadi orang Yahudi; namun kalau hanya memaafkan saja maka cukup menjadi orang Nasrani.

Pertanyaan kita adalah apakah sekarang umat Islam lebih mirip orang Yahudi atau orang Nasrani? Ada yang mengatakan seperti Yahudi sebab hukumnya begitu. Kalau berani menjawab demikian, berarti kita harus menerima jika dimurkai oleh Alah, sebab terlalu banyak hukum, halal-haram, surga-neraka, dan sebagainya. Tapi kalau kita selalu mengalah, mengalah dan mengalah lagi, itu juga tidak benar.

Akhirnya, semoga kita semakin dibukakan hati, dan diberi petunjuk untuk bisa memposisikan diri dengan baik dan benar sebagai umat Islam, tidak condong ke ajaran Yahudi, dan juga tidak serupa dengan ajaran Nasrani. Amin.. amin.. Allahumma Amin…

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم و نفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو البر الرؤوف الرحيم. وقل رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين.