Sebuah hadis shoheh menjelaskan,
yang artinya: Jika seorang hamba sudah menjadi kekasih yang dicintai Allah,
maka Allah pun akan menjadi segalanya: jadi matanya untuk melihat; jadi kupingnya
untuk mendengar; mulutnya untuk berbicara; dan Allah juga akan menjadi anggota
tubuhnya yang lain. Bayangkan, kalau mata Allah yang melihat, adakah sesuatu
yan tak tampak? Jika Allah berbicara juga mendengar, adakah bahasa yang tak difahami? Adakah kicauan
burung yang tak dimengerti? Suara di dalam hati pun akan terdengar! Dan kalau
keinginannya juga menjadi keinginan Allah,
apa yang tak bisa diraihnya? Itulah sedikit gambaran hakekat kekasih
Allah. Masyarakat kita menyebutnya waliyullah.
Keanehan-keanehan para kekasih
Allah sudah sering terdengar, bahkan ada sebagian yang kita saksikan langsung.
Tak perlu ditulis contoh-contoh mukasafah, makrifat bahkan ke-khilafan
mereka para wali. Banyak sekali. Orang tua, guru-guru terdahulu banyak
menceritakan ini. Namun, cerita-cerita demikian sudah jarang sekali
diperdengarkan akhir-akhir ini.
Banyak kalangan yang berpendapat,
sekarang zaman sudah semakin canggih, hal-hal yang berbau mistik sudah
“kadaluarsa”. Dengan kecanggihan tehnologi, manusia termasuk umat Islam semakin
dituntut selalu berfikir rasional, tidak yang aneh-aneh: mempercayai keanehan
manusia “aneh” yang sudah menjadi kekasih Allah.
Walhasil, menyadari kalau
“keanehan” karena menjadi kekasih Allah sudah tidak lagi diperhatikan banyak kalangan, maka tidak
sedikit mereka yang kita anggap berpeluang menjadi “wali”; karena faktor
keturunan atau keilmuannya, ternyata mencari jalan untuk mendapatkan
keanehan-keanehan yang lebih diperhatikan dan sedang trend di
masyarakat: mereka bertukar “kekasih”. Bukan lagi Allah yang mereka kasihi,
namun pejabat, pemerintah, serta pengusaha yang mereka jadikan pelarian untuk
dikasihi.
Jadi, selain tuntutan zaman agar
kita selalu berfikir rasional, realita seperti paragraph sebelum terakhir
tersebut menjadi sebab semakin jarangnya bermunculan para kekasih-kekasih Allah
yang betul-betul ikhlas. Tidak sedikit mereka yang lebih senang menjadi “hamba”
penguasa, alias Wali Pejabat. Wallahu a’lam…
2 komentar:
Menarik bung Zulfan. Membaca mengenai Waliyullah memang selalua menarik dan mencerahkan.
Sharing tulissan terkait :
http://almaryahya.blogspot.com/2013/07/tukang-bersih-bersih.html
Menarik bung Zulfan. Membaca mengenai Waliyullah memang selalua menarik dan mencerahkan.
Sharing tulissan terkait :
http://almaryahya.blogspot.com/2013/07/tukang-bersih-bersih.html
Posting Komentar