PUASA UNTUK LATIHAN TAKWA
Oleh: Zulfan Syahansya
Dengan perenungan yang mendalam, akhirnya kita semakin bisa memahami kenapa intisari ibadah puasa mengarah pada ketakwaan. Setidaknya jika kita mulai pemahaman takwa seperti dijelaskan dalam al-Qur’an, surah Al-Baqarah: “Itulah kitab yang tak ada keraguan sedikit pun; sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa: orang-orang yang beriman pada hal gaib; menegakkan sholat; mendarmakan sebagian harat; percaya kepada ajaran yang diturunkan kepada Nabi SAW, dan yang diturunkan sebelum beliau; dan yakin akan Hari Akhirat”
Dari kelima dasar yang menjadi ciri ketakwaan tersebut, dasar pertama, yaitu iman pada hal gaib, mendapatkan penanaman dan penguatan dalam ibadah puasa. Dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya, hanya puasa yang menjadi the most personal-worship, ibadah yang sangat peribadi; tanpa jaminan bagi orang lain untuk sepenuhnya melihat, apalagi menilainya. Tidak demikian halnya dengan ibadah selain puasa. Dalam Hadis Qudsi Allah berfirman: “Puasa adalah untukku semata, dan akulah yang mengganjarnya.” Intinya, tidak ada satu pun yang tahu prihal ibadah puasa seseorang kecuali yang bersangkutan dan Allah SWT.
Puasa tidak sama dengan sholat yang dianjurkan berjama’ah (bersama orang lain). Puasa juga beda dengan zakat, yang memang boleh “ditampakkan”, karena tujuan utamanya adalah sebagai solusi masalah sosial. Diukur dengan haji pun puasa lebih rahasia, sebab ibadah haji dilakukan ditengah orang banyak. Jika sholat, zakat dan haji, orang bisa menilai bahkan memuji, karenanya yang bersangkutan jadi “terpuji”; tidak demikian puasa, sekali lagi, cuma Allah yang mengganjar. Bisa saja kita berlagak puasa di tengah keramaian, namun mokel saat sendirian. Tak akan ada yang tahu kecuali yang bersangkutan dan Allah.
Mengapa orang bersedia menahan lapar dan dahaga, menahan pemenuhan nafsu biologis lainnya, padahal dia bisa melakukan itu semua kapan saja dia mau secara rahasia atau sembunyi-sembunyi, tanpa ada satu pun yang tahu? Jawabannya tak lain, karena dia tahu ada dzat yang maha mengetahui dan yang selalu mengintai gerak-gerik setiap sesuatu di jagat ini, tanpa kelengahan sedikit pun. Ia tidak akan melanggar satu larangan meski berada dalam kesendirian, tak ada satu pun orang bersamanya, karena Dia yang scara gaib selalu hadir bersamanya. Yaitu Allah subhanahu wata’ala.
Latihan merasakan kegaiban yang Maha Gaib inilah yang menjadi pondasi utama amalan dalam pelaksanaan ibadah puasa. Maka, jika seorang muslim sukses menjalankan ibadah puasa dangan baik dan benar, dipastikan –sesuai sabda Nabi– semua dosa-dosanya terdahulu akan diampuni Allah SWT. Dan dipastikan kualitas ketakwaannya semakin meningkat. Itulah sebabnya, kenapa Allah pertegas tujuan dalam kewajiban berpuasa, agar menjadi orang-orang yang bertaqwa. Wallahu a’lam bi al shawab.
ZNS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar