7.11.10

KUALITAS EMAS 24 KARAT

Aktif sebagai ta’mir atau remaja masjid kemudian dijuluki orang yang shaleh, itu wajar. Sibuk mengurusi dunia pendidikan dan pengajaran, lantas dipanggil Kiai, ustadz, guru, atau dosen, lalu memberi tauladan yang baik, meski sebatas pandangan orang, hal itu sudah mentradisi dan memang menjadi kelayakan. Orang yang menyibukkan diri dengan “kesibukan shaleh”, secara tidak langsung ia juga akan terimbas aura keshalehan aktifitas sehari-harinya itu. Demikian sebaliknya. Jika seseorang berada di tengah lingkungan atau komunitas yang kurang atau tidak tercitra shaleh, maka pandangan negatif –sedikit atau banyak – akan terendus mengiringi pekerjaannya di mata publik. Demikianlah opini yang berkembang di tengah masyarakat.

Karena demikian realitanya, maka tidak salah kalau Mak Atun, wanita paruh baya pemilik warung nasi rawon langganan penulis berkeluh-kesah dan meminta dukungan do’a untuk kedua putranya yang sudah sekian lamanya menjadi pegawai di instansi kepemerintahan yang jauh dari “aura” kesalehan; menjadi abdi negara pada birokrasi yang belakangan ini banyak disoroti publik atas kasus-kasus yang terjadi. Dua putra pemilik warung di pinggiran jalan raya Malang ini aktif sebagai pegawai Kejaksaan dan Perpajakan.

Sebagaimana diketahui, belakangan ini dua instansi pemerintahan tersebut menyita perhatian publik dengan beberapa skandal hukum yang menunjukkan kebobrokan. Walhasil, anggapan miring masyarakat kepada dua instansi itu sukar dihindari. Hal inilah yang membuat resah Mak Atun, lantas dengan keseriusannya memohonkan do’a untuk kedua putranya.

Maka saya katakan: “Mak, wacana publik itu bersifat relatif. Semuanya bisa diatur oleh Massmedia.” Akhir-akhir ini memang pemberitaan seputar Kejaksaan dan perpajakan sedang laris-manis. Skandal korupsi yang dilakoni para petinggi dua istansi itu kian mencederai instansi pemerintahan yang memang “kurang saleh” itu. Makelar kasus di Kejaksaan dan penggelapan hasil pajak oleh pegawai perpajakan adalah contoh skandal yang penulis maksud.

Toh, demikian, tidak fair jika lantas disamaratakan semua pegawai dua kantor tersebut dengan oknum yang bermasalah, bagaimana pun keberadaannya. Termasuk kekhawatiran si Mak ini. Yakinah, kualitas pribadi seseorang tidak akan luntur akibat lingkungannya. Pribadi yang emas, akan tetap berkualitas emas, di manapun ia berada. Meski pun berada di tengah kotoran sekalipun, kemilau emas tetap memberi harga pada eksistensinya.

Jadi, tidak perlu khawatir cibiran negatif karena berada di lingkungan yang sedang dianggap “kurang saleh”. Disinilah kualitas pribadi dan niatan hati seseorang dipertaruhkan: akankah ia terhanyut suasana lingkungan yang negatif

Tidak ada komentar: