24.1.12

RAGAM BUDAYA MENANGGAPI PUJIAN

Jangan katakan kalau Anda risih atau membenci satu pujian. Saya anggap itu keliru. Orang bijak tidak serta merta membenci satu pujian un-sich. Pujian –sebagaimana dikatakan: “Praise is a perfume to smell but not to swallow”- bagaikan parfum yang menebarkan bau harum untuk dihirup, bukan untuk diminum dengan asumsi biar lebih wangi yang justru malah berakibat fatal. Enjoy saja dengan pujian kepada diri kita. Yang penting bisa tetap tahu dan bawa diri, fine aja lagi..!

Kaitannya dengan masalah pujian dan ucapan terimakasih, menarik jika diperhatikan perbedaan antar budaya menanggapi ungkapan terimakasih. Ada nilai filosofi yang bisa difaham dari setiap perbedaan cara membalas satu ungkapan terimakasih. Adat kita, saat ada yang mengucapkan “terimakasih”, etika kesopanan kita mengajarkan untuk membalasnya dengan ungkapan “sama-sama”. Orang inggris lain lagi, mereka akan menjawab “you are welcome” untuk balasan bagi orang yang mengucapkan “thak you”.

Beda budaya Inggris atau Barat, beda juga budaya Arab. Orang Arab –atau mungkin ini setelah bersatunya kultur Islam di tengah budaya Arab- akan mengatakan kata “’afwan” sebagai jawaban dari ucapan "syukran" atau terimakasih. Secara leterleg, etika Arab menanggapi ungkapan terimakasih dari seseorang mungkin tidak mengena. Orang mengucapkan terimakasih, tapi dijawab “maaf”. Orang Indonesia, Inggris, dan banyak lagi kebudayaan masyarakat dunia lainnya hampir serupa makna untuk menjawab ungkapan terimakasih, yakni dengan balasan: “sama-sama”, maksdnya si penerima pujian mengembalikan pujian kepada si pemuji; taken for greated.

Waba’du, kenapa orang Arab menjawab satu ucapan terimakasih atau pujian dengan kata “af’an” yang berarti maaf? Disinilah satu cermin budaya Islam yang mewarnai budaya dan bahasa Arab. Sebagaimana diketahui, dalam ajaran Islam bahwa segala pujian hanya milik Allah. Tidak ada satu makhluk pun yang pantas mendapatkan pujian. Maka saat ada seseorang yang memuji atau mengucapkan terimakasih pada kita, seyogyanya memang harus menanggapi pujian tadi dengan ucapan “maaf”. Jika diteruskan: “maaf saya tidak berhak menerima pujian dan ucapan terimakasih. Allah lah yang pantas menerimanya. Wallahu a’lam bi alshawab.

2 komentar:

Fatin Haxira mengatakan...

Bagus sekali penerangan anda. Salam Ukhwah dari pelajar medikal Malaysia di India.

Zulfan Syahansyah mengatakan...

terimakasih... maaf baru buka blog lagi