25.2.11

Berbohong Untuk Jujur

Orang-orang memanggilnya Wak Bawon. Seorang berusia lanjut yang sehari-harinya mencari kayu bakar di hutan, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan sang istri yang juga berusia lanjut. Sudah setua itu, Wak Bawon masih saja belum dikaruniai anak. Di rumahnya yang terbuat dari gubuk, Wak Bawon hanya tinggal berdua bersama istrinya. Untuk melakukan aktifitasnya, Wak Bawon cukup membawa sebilah kapak yang sudah nampak usang berkarat.

Suatu hari, ketika akan mencari kayu, Wak Bawon menyeberangi sungai yang airnya mengalir sangat deras. Tanpa disengaja, kapaknya terjatuh ke sungai. Jelas saja, Wak Bawon bersedih, hingga menangis tersedu-sedu memikirkan kapaknya. Anda tahu, seketika itu juga datang Dewa, dan bertanya: “Kenapa kamu bersedih, Wak Bawon?”

“Kapak saya jatuh di sungai yang airnya sangat deras itu, Dewa” Jawab Wak Bawon sambil terisak-isak.

Mendengar jawaban Wak Bawon, Sang Sewa segera masuk ke sungai dan membawa Kapak yang terbuat dari emas. “Ini kapakmu” Tanya Dewa kepada Wak Bawon.

“Bukan, Dewa” Kata Wak Bawon.

Sang Dewa lantas masuk ke sungai lagi, dan keluar membawa kapak terbuat dari perak. “Yang ini kapakmu?” Tanya Sang Dewa lagi.

“Bukan, Dewa” Jawab Wak Bawon.

Untuk ketiga kalinya, Dewa kembali masuk ke sungai dan membawa kapak usang berkarat, kemudian muncul dan berkata: “Apakah ini kapak milikmu?”

“Betul, Dewa. Itu kapakku” Jawab Wak bawon tegas.

“Saya bangga atas kejujuranmu, Wak Bawon. Sebagai imbalannya, dua kapak yang terbuat dari emas dan perak ini kuberikan semuanya untukmu”.

Wak Bawon pun bahagia menerima hadiah tersebut.

***

Beberapa waktu kemudia, Wak Bawon pergi menyeberangi sungai bersama istrinya. Ternyata, sang istri kecebur sungai dan terbawa arusnya yang deras dan tenggelam. Wak Bawon pun bersedih dan menagis memikirkan nasib sang istri. Sesaat kemudia ia teringat pertolongan Dewa ketika kapaknya jatuh. Ia lantas berdo’a mengharap sang Sewa kembali datang. Benar saja, Dewa muncul dan bertanya masalah yang menimpanya. Wak Bawon lantas berkata: “Istriku kecebur dan terbawa arus sungai entah kemana, Dewa”

Dewa lantas turun ke sungai, dan membawa Dewi Persik, lalu berkata: “Apakah ini istrimu?”

“Iya, benar, Dewa. Dia istriku”

Mendengar jawaban Wak Bawon, Dewa lantas murka dan berkata: “Dasar pembohong. Istrimu sudah tua, tapi mengaku Dewi Persik sebagai istri. Kurang ajar, kamu!”

“Maaf, Dewa. Istri saya memang sudah tua. Tapi saat Dewa membawa Dewi Persik dan menanyakan apakah dia istriku, saya jawab saja: iya. Sebab, kalau saya jawab: bukan, saya takut Dewa masuk ke sungai dan membawa Julia Peres, lalu menanyakan apakah dia istriku. Jika saya jawab: tidak, Dewa pasti masuk lagi ke sungai dan membawa istriku yang sebenarnya. Kalau saya jujur, saya khawatir Dewa menghadiahkan saya Dewi Persik dan Julia Peres. Bukankah Dewa tahu, saya ini orang susah. Menghidupi satu istri saja repot, apalagi tiga istri. Jadi, saya terpaksa berbohong mengakui Dewi persik sebagai istri saya. Begitu maksudku, Dewa” Jawab Wak Bawon menjelaskan alasannya berbohong. Dewa pun mengangguk-angguk membenarkan argomen Wak Bawon...

Tidak ada komentar: