Keliru jika Anda risih atau membenci satu pujian. Saya anggap itu tidak
benar. Orang bijak tidak serta merta membenci satu pujian. Pujian –sebagaimana
dikatakan: “Praise is a perfume to smell but not to swallow”-
bagaikan parfum yang menebarkan bau harum untuk dihirup, bukan untuk diminum
dengan asumsi biar lebih wangi yang justru malah berakibat fatal. Enjoy saja
dengan pujian kepada diri kita. Yang penting bisa tetap tahu dan bawa diri, fine
aja lagi..!
Kaitannya dengan masalah pujian dan ucapan
terimakasih, menarik jika diperhatikan perbedaan antar budaya menanggapi
ungkapan terimakasih. Ada nilai filosofi yang bisa difaham dari setiap
perbedaan cara membalas satu ungkapan terimakasih. Saat ada yang mengucapkan
“terimakasih”, etika kesopanan kita mengajarkan untuk membalasnya dengan
ungkapan “sama-sama”. Orang inggris lain lagi, mereka akan menjawab “you are
welcome” untuk balasan bagi orang
yang mengucapkan “thak you”.
Beda budaya Barat, beda juga budaya Arab. Orang
Arab –atau mungkin ini setelah bersatunya kultur Islam di tengah budaya Arab-
akan mengatakan kata “’afwan” sebagai jawaban dari ucapan “syukran” atau
terimakasih. Secara leterleg, etika Arab menanggapi ungkapan terimakasih dari
seseorang mungkin tidak mengena. Orang mengucapkan terimakasih, tapi dijawab
“maaf”. Orang Indonesia, Inggris, dan banyak lagi kebudayaan masyarakat dunia
lainnya hampir serupa makna untuk menjawab ungkapan terimakasih, yakni dengan
balasan: “sama-sama”, maksdnya si penerima pujian mengembalikan pujian kepada
si pemuji; taken for greated.
Waba’du, kenapa orang
Arab menjawab satu ucapan terimakasih atau pujian dengan kata “afwan” yang
berarti maaf? Disinilah satu cermin budaya Islam yang mewarnai budaya dan
bahasa Arab. Sebagaimana diketahui, dalam ajaran Islam bahwa segala pujian
hanya milik Allah. Tidak ada satu makhluk pun yang pantas mendapatkan pujian.
Maka saat ada seseorang yang memuji atau mengucapkan terimakasih pada kita,
seyogyanya memang harus menanggapi pujian tadi dengan ucapan “maaf”. Jika
diteruskan: “maaf saya tidak berhak menerima pujian dan ucapan terimakasih.
Allah lah yang pantas menerimanya. Wallahu a’lam bi alshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar