14.2.11

YERUSALEM: SEJARAHMU DULU

Masjid Aqsa didirikan oleh Nabi Dawud sekitar 200-an tahun setelah Nabi Musa. Nabi Musa hanya sampai kepada tugas mendidik Bani Israil untuk taat kepada hukum dengan jalan sembahyang menghadap sebuah kotak yang berisi teks The Ten Commandements, yang dalam Al-Quran disebut Tabut. Kotak itu ditaruh dalam kemah besar yang oleh Bani Israil disebut Miskan atau Maskan, artinya tempat tinggal. Maksudnya tempat tinggal Allah Swt: suatu ide yang sama dengan ide Bayt-u ‘l-Lâh (Rumah Allah). Bahasa Ibraninya Beitel. Beit artinya rumah, el artinya Allah. Kemah besar itulah yang dalam bahasa latin disebut Taber Nakel, yaitu ruang besar tempat diadakan upacara-upacara suci keagamaan.

Selama 40 tahun Nabi Musa mendidik kaum seperti itu dengan korban yang luar biasa banyaknya. Ribuan orang dia bunuh karena tidak mau taat kepada hukum. Tetapi setelah 40 tahun, terben­tuklah sebuah bangsa. Sebuah komunitas yang teratur dan tunduk kepada hukum yang dalam bahasa Ibrani disebut Medinat (bahasa Arabnya Madînah), suatu pola kehidupan menetap yang tunduk kepada hukum. Inilah modal bagi Bani Israil di bawah Dawud untuk melak­sanakan rencana yang lebih lanjut yaitu kembali ke Kanaan, tanah yang dijanjikan, dan dire­butlah Yerusalem. Nabi Dawud kemudian memilih salah satu bukit di tengah Yerusalem itu (yang disebut bukit Muria). Di bukit datar itu dia mendirikan Taber Nakel, Miskan yang besar untuk diletakkan Tabut di dalamnya. Di tempat itu Bani Israil sembahyang.

Nabi Dawud memilih satu bukit lagi untuk mendirikan istana. Itulah bukit Zion atau Suhyun. Maka gerakan orang Yahudi untuk pindah ke Palestina itu disebut zionisme, yang artinya kerinduan kepada bukit zion di mana dulu berdiri istana Nabi Daud. Hal itu dilakukan dalam rangka mengem­balikan kekuasaan dinasti Dawud, karena orang Yahudi percaya bahwa sebelum kiamat terjadi, dunia akan dikuasai oleh anak keturunan Daud.

Ketika Nabi Sulaiman menggan­tikan Dawud, maka kemah tadi diganti dengan bangun­an yang besar, indah, dan mewah sekali, yang disebut Masgit dalam bahasa Ibraninya, yaitu sebuah masjid yang oleh orang-orang Makkah disebut Masjid Aqsa, karena letaknya jauh dari Makkah. Kadang-kadang juga disebut Haikal Sulaiman, yang menjadi dasar bagi istilah Inggris Solomon’s Temple. Bangunan ini didirikan kira-kira 3.000 tahun lalu, yang berarti sekitar 1.000 tahun lebih muda dari Ka’bah di Makkah yang didirikan kembali oleh Ibrahim bersama putranya, Ismail, sekitar 4.000 tahun lalu. Bangunan inilah yang dihancurkan oleh Nebu­kadnezar setelah berdiri sekitar 500 tahun.

Kemudian bangsa Yahudi diboyong ke Babilonia dan dijadi­kan budak. Lalu mereka dibebaskan bangsa Parsi di bawah Raja Darius yang menang perang dengan Babilonia. Selanjutnya orang Yahudi dibolehkan kembali ke Palestina dan mendirikan kembali masjid tadi. Masjid Yerusalem itulah yang dalam literatur Inggris biasa disebut The Second Temple. Ini terus berlangsung sampai zaman Nabi Isa al-Masih. Suatu saat Nabi Isa pergi dari kota kelahirannya ke Yerusalem dan memasuki masjid itu. Beliau marah karena ada masjid yang begitu mewah tetapi akhlak Bani Israil rusak. Di luar masjid banyak sekali bangku-bangku lintah darat. Beliau keluar dari masjid dan mengutuk bahwa masjid itu akan dihancurkan Allah sambil menendangi bangku-bangku lintah darat. Kutukan itu menjadi kenyataan pada tahun 70 Masehi ketika kaisar Romawi Titus menyerbu Palestina dan menghan­curkan semuanya. Itulah yang dimaksud Al-Quran surat Al-Isrâ’ ayat 4-5.

Setelah itu, oleh orang Roma, Yerusalem diubah menjadi koloni Roma dan namanya diganti Aelia Capitolina. Artinya, kota dari Aelia, raja dari Roma. Ini penting karena pada waktu Yerusalem (al-Quds) jatuh ke tangan umat Islam, orang Arab menyebutnya Ilya’ (Elia). Maka perjanjiannya pun disebut Perjanjian Ilya’ (Elia), yaitu perjanjian antara Umar dengan Patriakh di Yerusalem.

Begitulah keadaannya sampai Konstantin masuk Kristen pada abad ke-3 Masehi. Hellena, ibu Konstantin pergi ke Yerusalem mencari-cari bekas salib Nabi Isa, tetapi tidak ketemu. Ada yang mengatakan, mungkin salibnya ada di bawah sebuah tumpukan sampah yang menggunung. Diperintahkanlah untuk digali. Katanya ada di situ. Maka di tempat itu didirikanlah gereja yang disebut The Holy Sepulchure atau Gereja Kebangkitan Kembali. Maksudnya kebangkitan kembali Isa al-Masih dari kuburnya lalu naik ke langit. Di tempat itu kemu­dian dipercaya sebagai tempat Nabi Isa dikubur, yang pada hari ketiga bangkit ke langit, seperti keperca­yaan Kristen.

Kemudian Hellena memerintah­kan tentaranya supaya mencari tempat paling suci bagi agama Yahudi sebagai ajang balas dendam. Hellena pun memerintahkan agar inti dari Masjid Aqsha yang didiri­kan Nabi Sulaiman menjadi tempat pembuangan sampah sela­ma ratusan tahun, sampai akhirnya Yerusalem jatuh ke tangan umat Islam. Banyak sekali peristiwa sa­ngat penting dalam proses pe­nye­rahan Yerusalem kepada umat Islam, termasuk perjanjian yang men­jamin kebebasan beragama.

Mula-mula orang-orang Kristen melanjutkan politik Roma yang tidak mengizinkan sama sekali Bani Israil tinggal di Yerusalem. Jangan­kan di Yerusalem, di seluruh Pales­tina pun tidak boleh. Saat itu disebut sebagai permulaan zaman Diaspora, yaitu zaman ketika orang Yahudi mengembara ke seluruh muka bumi tanpa tanah air. Terl­unta-lunta. Jadi, ketika Yerusalem menjadi kota Kristen, para pemimpin Kristen tidak mengizin­kan orang-orang Yahudi tinggal di Yerusalem. Tetapi ketika Umar menerima kota itu dan membuat perjanjian, justru Umar mengat­a­kan, “Ini adalah kota suci tiga agama, karena itu orang Yahudi boleh tinggal di sini”.

Setelah terjadi tarik-menarik, akhirnya dicapai kompromi, bahwa orang Yahudi boleh tinggal di sana, tetapi harus dipisahkan dari orang Kristen. Maka Yerusalem pun dikapling-kapling. Ada kapling Yahudi, dan ada dua kapling Kristen, yaitu Armenia dan Ortodoks. Kalau kita ke Yerusalem sekarang, masih ada sisanya yang disebut Quarter: Jewish Quarter, Armenian Quarter, dan Greek Quarter. Sedangkan inti kota itu ada di tangan umat Islam atau Moslem Quarter.

Tidak ada komentar: