Nabi Isa adalah satu dari sekian Rasulullah yang sangat dimuliakan dalam Islam. Nama beliau disebut tidak kurang dari 25 kali. Ada empat sebutan dalam al-Qur’an yang maksudnya tertuju kepada nabi pembawa kita Injil ini, yakni: Isa, Isa putera Mariam, putera Mariam, dan al-Masih. Nama “Isa” sendiri sebenarnya adalah nama yang langsung diberikan oleh Allah SWT. Dalam al-Qur’an, surat Ali Imran: 45 tercatat:
إِذْ قَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَامَرْيَمُ إِنَّ اللهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ {45}
“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah) “
Sepintas saja, kita bisa faham, betapa Allah sangat memuliakan Nabi Isa dengan keanehan-keanehan yang tidak diberikan kepada manusia lainnya, alias mu’jizat khusus Nabi Isa. Keanehan tersebut bahkan sudah tampak sebelum beliau terlahir ke muka bumi. Jika seluruh Manusia –kecuali Adam dan Hawa- terlahir dengan satu perantaraan kedua orang tua; melalui ayah dan ibu, maka nabi Isa terlahir cukup dengan kalimat “kun” (jadilah) seperti maksud ayat di atas.
Keanehan nabi Isa lainnya adalah kemampuannya berbicara saat masih bayi dalam gendongan. Seperti ayat selanjutnya:
وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلاً وَمِنَ الصَّالِحِينَ {46}
“dan dia berbicara dengan manusia saat dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh."
Sungguh pun saat ini kita melihat bahwa kelahiran seorang Isa tanpa ayah adalah sebuah mu’jizat, namun tidak demikian halnya ketika Ibunda nabi Isa, Maryam baru saja melahirkannya. Cemoohan, gunjingan serta hinaan dari masyarakat sekitar tidak bisa dihindari. Mereka berkata: "…Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. (Maryam:27) Mereka menilai kalau Maryam telah merusak citra masyarakat waktu itu. Dan khususnya, ia dianggap telah mencoreng nama baik keluarganya. Termaktub dalam al-Qur’an: “Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina" Cacian dan hinaan dari penduduk kepada Mariam masing-masing termaktub pada surat Mariam ayat 27 dan 28.
Mendapat tuduhan tersebut, Mariyam pun membantah seraya mempersilahkan mereka bertanya langsung kepada bayinya yang sedang ia gendong. Mendapatkan tawaran seperti itu, para penduduk lantas tertawa sembari mencibir, lalu berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"
Seketika itu juga, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya melalui Isa yang masih bayi dalam buaian. Dalam al-Qur’an, ucapan-ucapan Nabi Isa saat dalam buaian itu terekam di surat Maryam ayat 30-33:
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللهِ ءَاتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا {30}
“Berkatalah Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi” selanjutnya...
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَاكُنتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ مَادُمْتُ حَيًّا {31}
“dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup”. kemudian...
وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا {32}
“dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka”. Lalu...
وَالسَّلاَمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا {33}
‘Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."
Demikianlah sedikit potret bagaimana al-Qur’an mengisahkan nabi Isa bersama Ibunya Maryam sebagai hamba-hamba pilihan Allah SWT. Maka wajiblah bagi kita umat Islam untuk juga memuliakan kedua hamba Allah ini. Melalui Nabi Isa, Allah menurunkan kitab Injil sebagai tuntunan bagi kaumnya. Satu ajaran yang meneruskan isi kandungan kitab Taurat. Pengikut kedua ajaran ini disebut umat Yahudi dan Nasrani.
Sebagaimana kita yakini bersama, Islam sebagai satu ajaran, tuntunan, bahkan agama, adalah keberlanjutan dari agama-gama samawi sebelumnya. Risalah yang diemban Nabi Muhammad SAW, adalah satu risalah penyempurna risalah-risalah sebelumnya. Al-Qur’an menjelaskan agama-gama Samawi tersebut dengan istilah Millah Ibrahim (ajaran Nabi Ibrahim). Terbilang mulai Ajaran Yahudi, Nasrani, dan Islam sendiri. Secara teologis-historis, ketiga agama ini berasal dari satu rumpun: yakni ajaran ketuhanan Nabi Ibrahim as. Ketiganya memuat ajaran yang serupa namun tak sama. Konteks ruang dan waktu menjadi sebab utama perbedaan ketiganya. Sebagai ajaran, ketiga agama ini sama-sama memuat sisi teologi atau hablun minallah, dan sisi kemanusiaan atau hablun minannas.
Bagi Umat Islam, polemik utama dengan Yahudi bukanlah masalah teologi, melainkan masalah kemanusian. Mereka angkuh, sombong, hingga mengklaim sebagai the choosen people (umat pilihan Tuhan). Sebaliknya, polemik kita dengan Nasrani mengarah pada aspek teologinya, bukan kemanusiaannya. Tentang ajaran kemanusiaan Nasrani, al-Qur'an justru memuji. Ajaran kemanusiaan di Injil sangat mengedepankan kasih sayang.
Mengenai polemik ketuhanan umat Nasrani ini, Nabi Isa ditegor langsung oleh Allah: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?." Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku untuk (mengatakannya).
Nabi Isa juga menegaskan, seperti terekam dalam surat al-Maidah ayat 17:
مَاقُلْتُ لَهُمْ إِلاَّ مَآأَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللهَ رَبِّي وَرَبَّكُمُ وَكُنتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَّا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِى كُنتَ أَنتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنتَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ شَهِيدٌ {117}
“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (untuk mengatakan) nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar