4.11.15

SELAMAT NATAL: MENAFIKAN KETUHANAN NABI ISA AS



Memberi ucapan "Selamat Natal" kepada umat Kristiani masih menjadi perdebatan di kalangan umat Islam sampai saat ini. Ada ulama ada yang membolehkan, ada juga yang melarang. Ada yang berpendapat kalau itu hanya upaya kerukunan umat beragama dan tidak ada kaitannya dengan aqidah seorang muslim yang mengucapkannya untuk teman atau kerabatnya yang nasrani. Namun ada juga sebaliknya: itu bisa menjurus pada kemusrikan, dan karenanya harus dihindari oleh setiap orang Islam. 

Macam-macam alasan yang melarang mengucapankan "Selamat Natal". Mulai dari anggapan kalau itu sama artinya dengan menyetujui perayaan Hari Besar kaum Nasrani ini, hingga kekhawatiran terjerumus pada kesyirikan karena sepakat atas ketuhanan Isa putra Maryam. Sementara kalangan yang membolehkan, alasan juga dipakai juga macam-macam. Mulai dari pengamalan nilai toleransi, hingga merelatifkan kata-kata pengucapan tersebut. Kata kelompok ini: apa sih salahnya cuma sekedar mengucapkan!

Buntutnya, antara kelompok yang pro dan kontra pun saling mementahkan argumen lawan. Menurut yang kontra: jangan salah, dengan kalimat talak, hubungan suami istri bisa putus; dengan kalimat syahadat, non muslim bisa masuk Islam. Maka dengan kata-kata "Selamat Natal", bisa saja umat Islam terjerumus dalam kemusrikan. Menanggapi itu, kelompok yang pro bersuara: tidak ada satu pun nas yang melarang pengucapannya. Dan tentunya banyak lagi alasan masing-masing yang tidak mungkin penulis ketengahkan dalam catatan ini.

Waba'du, catatan ini berupaya menemukan titik tengah antara dua kelompok yang berseberangan; setuju alasan yang melarang, sekaligus mengamini hujjah yang membolehkan. Dengan posisi ini, penulis menerima alasan mereka yang kontra, dan pastinya bangga dengan argumen yang pro; sebagai bentuk pengamalan nilai toleransi dalam Islam, khususnya dalam pengucapan "Selamat Natal".

Dari judulnya, catatan ini mungkin terkesan masuk kelompok yang pro pengucapan "Selamat Natal". Anda yang perpendapat sebaliknya, ada baiknya untuk sabar sejenak, da jangan segera menyimpulkan demikian sebelum menyelesaikan bacaan anda. Karena alasan yang penulis kemukakan, pada hakekatnya berpihak dan sesuai dengan argumen mayoritas kelompok yang melarang pengucapan tersebut. Berikut alasan yang penulis pakai untuk menganjurkan pengucapan "Selamat Natal" bagi umat Islam kepada kaum Nasrani:

Pertama, konsep ketuhanan dalam Islam sangat jelas termaktub di QS: Al-Ikhlas. Disana disebutkan bahwa Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperanakkan. Artinya, sesuatu atau siapa saja yang beranak, atau diperanakkan, maka umat Islam harus tegas menolak sesuatu tersebut sebagai Tuhan.

Kedua, dari makna kata "natal" itu sendiri. Secara bahasa, "natal" berarti kelahiran, dan maksud dari kata "Selamat Natal" adalah "Selamat atas kelahiran Isa". Dari sini jelas, ketika kita mengucapkan "selamat Natal" itu artinya kita meyakini bahwa Isa putra Maryam itu dilahirkan. Tentang benarkah Issa dilahirkan pada tanggal 25 desember, itu lain urusan. Yang jelas, orang yang dilahirkan itu pasti bukan Tuhan. Bukankah konsep ketuhanan dalam surah Ikhlas sudah menegaskan hal ini. Dengan logika ini, penulis justru menyayangkan pelarangan pengucapan "Selamat Natal" oleh umat Islam. Pelarangan ini bisa menimbulkan perspektif bahwa Isa itu memang benar-benar Tuhan yang tidak dilahirkan. Maka, bagi kita yg meyakini kebenaran surah Ikhlas, sepatutnya justru memperbanyak pengucapan "Selamat Natal" kepada umat Kristiani, dengan maksud meyakinkan bahwa Isa itu dilahirkan, dan ini mementahkan konsep ketuhanan Isa.

Dan yang ketiga, alasan penulis menyebarkan anjuran pengucapan "Selamat Natal", adalah agar alasan ini juga dibaca oleh kaum Nasrani dan ujung-ujungnya mereka sendiri akan menolak pengucapan "Selamat Natal" dari umat Islam, atau mereka pun bisa menerima secara logis bahwa memang Isa itu tidak lain hanyalah manusia yang diberikan wahyu oleh Tuhan untuk menjadi Rasul bagi kaumnya. Dan Isa Putra Maryam jelas bukan Tuhan, kan??! Maka, dengan mengucapkan "Selamat Natal", itu artinya kita menegaskan bahwa Isa itu juga manusia karena juga dilahirkan. Inilaha yang penulis maksud dengan judul" "Selamat Natal: Menafikan Ketuhanan Isa".
Wallahu a'lam bissawab...

-ZUS-